EKBIS.CO, NEW YORK -- Saham-saham di Wall Street merosot dan imbal hasil obligasi jangka pendek melonjak pada Selasa, 8 Oktober atau Rabu (9/10) waktu Indonesia. Hal itu terjadi karena kebuntuan atas pengesahan anggaran dan peningkatan plafon utang AS mengambil korban lebih dalam di pasar keuangan.
Investor menjual berbagai saham teknologi tinggi terutama karena Presiden Barack Obama menegaskan sikapnya tentang negosiasi dengan Partai Republik, mengatakan ia tidak akan tunduk pada pemerasan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 159,71 poin (1,07 persen) menjadi berakhir di 14.776,53. Indeks berbasis luas S&P 500 merosot 20,67 poin (1,23 persen) menjadi ditutup pada 1.655,45, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq jatuh 75,54 poin (2,00 persen) menjadi 3.694,83.
Para investor juga menjual obligasi jangka pendek, mengirimkan imbal hasil pada surat utang negara (T-bill) satu bulan menjadi 0,31 persen, tingkat tertinggi sejak 2008, naik dari 0,15 persen pada Senin. Itu mencerminkan meningkatnya kegelisahan tentang potensi bagi pemerintah untuk mengalami gagal bayar (default) pada beberapa kewajibannya, jika plafon utang tidak dinaikkan pada tenggat waktu 17 Oktober.
"Mengingat tidak ada apa-apa, tetapi permusuhan datang dari Washington, orang-orang melakukan aksi jual," kata Michael James dari Wedbush Securities, seperti dilansir dari AFP, Rabu.
"Jika kita tidak bisa mendapatkan kesepakatan mengenai penutupan kegaitan (shutdown) pemerintah, itu jauh lebih mungkin kita tidak dapat mencapai kesepakatan tentang kenaikan plafon utang yang jauh lebih serius, dan jika itu terjadi, itu akan sangat, sangat negatif bagi pasar kami dan pasar di seluruh dunia," katanya.
Mace Blicksilver, direktur Marblehead Asset Management, mengatakan beberapa investor memilih untuk menguangkan saham-saham teknologi utama Nasdaq yang telah naik signifikan dalam beberapa bulan terakhir. "Investor khawatir bahwa jika hal ini tetap berlanjut, Anda harus melakukan lebih banyak penjualan," kata Blicksilver.