EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan di 2014 hanya 15,3-16,6 persen. Pertumbuhan kredit yang melambat sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun politik tersebut, yaitu 5,8-6,2 persen.
Proyeksi pertumbuhan kredit ini lebih rendah bila dibandingkan dengan proyeksi tahun ini, yaitu sekitar 18-22 persen. "Kita melihat pertumbuhan ekonomi antara 5,8 sampai 6,2 persen itu didukung faktor-faktor antara lain pertumbuhan kredit di kisaran itu. Karena kalau pertumbuhan kredit lebih dari itu, dikhawatirkan menciptakan satu tekanan pada ekonomi," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Kamis (24/10).
Bank sentral perlu terus melakukan stabilisasi moneter untuk menjaga defisit neraca transaksi berjalan. Upaya yang dilakukan salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan. Sejak Juli 2013 BI telah menetapkan suku bunga acuan sebesar 7,25 persen.
Agus menambahkan sektor kredit yang perlu didorong adalah kegiatan yang mendukung kredit bagi peningkatan ekspor dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Selain itu perbankan juga didorong untuk lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor manufaktur dan jasa.
Tantangan ekonomi di 2014 tidaklah ringan. Menurut Agus akan ada perubahan lanskap perekonomian dunia. Ekonomi negara maju akan semakin membaik sementara ekonomi negara berkembang akan sedikit tertekan, termasuk Indonesia. "Meskipun demikian, diperkirakan ekonominya akan lebih baik," ujar Agus.
Dengan adanya kredit ekspor dari perbankan, Agus memperkirakan kinerja ekspor akan positif. Ditambah membaiknya ekonomi global, diharapkan ekspor akan memberikan kontribusi bagi tekanan defisit neraca perdagangan.
Selain menekan defisit, tantangan yang dihadapi adalah mewaspadai tingkat inflasi yang tinggi. Upaya yang dilakukan misalnya menjaga ketersediaan bahan kebutuhan masyarakat agar sesuai dengan permintaan. Pengendalian inflasi diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.