EKBIS.CO, JAKARTA -- Pada momen liburan Natal 2024, nilai tukar mata uang rupiah masih berkutat di atas Rp 16.000 per dolar AS. Pengamat menilai sentimen eksternal mendominasi pelemahan rupiah.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 6,50 poin atau 0,04 persen menuju level Rp 16.190 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (24/12/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp16.196 per dolar AS. Namun pada Rabu (25/12/2024) pagi, rupiah kembali melemah ke level Rp 16.264.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi berpendapat ada sejumlah faktor yang menyebabkan Mata Uang Garuda masih bergerak di level Rp 16.000-an. Baik sentimen eksternal maupun sentimen internal.
“Sentimen eksternal, investor masih tetap berhati-hati dengan kenaikan dolar menyusul kecenderungan hawkish Federal Reserve AS, sehingga menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar menjelang minggu perdagangan yang dipersingkat karena liburan Natal,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (24/12/2024) lalu.
Ibrahim mengatakan, pertemuan Fed mengindikasikan suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk periode yang lebih lama setelah pemangkasan pada Rabu. Harga gagal pulih sepenuhnya dan telah mengalami pergerakan yang tenang karena investor masih menilai implikasi dari prospek suku bunga Fed.
“Pedagang sekarang hanya mengharapkan dua penurunan seperempat poin pada 2025 di tengah ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan inflasi yang masih tinggi. Ini sebanding dengan ekspektasi empat penurunan suku bunga sebelum pertemuan Fed,” jelasnya.
Selain itu, sentimen eksternal lainnya yakni pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus di tahun mendatang. Laporan-laporan terkini menunjukkan bahwa negara tersebut akan meningkatkan pengeluaran fiskal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Optimisme atas stimulus yang lebih besar membantu saham-saham Tiongkok mengatasi penurunan baru-baru ini di pasar-pasar Asia. Data indeks manajer pembelian Tiongkok kini akan dirilis dalam beberapa hari mendatang dan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di Asia tersebut,” terangnya.
Sementara itu, sejumlah sentimen internal atau dalam negeri juga memengaruhi pergerakan rupiah saat ini. Di antaranya klaim bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih kuat.
“Pemerintah mengklaim kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat meskipun nilai tukar rupiah melemah hingga kembali menyentuh di atas Rp16.000 per dolar AS,” kata Ibrahim.
Diklaim pula bahwa pelemahan rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan mata uang negara-negara lain, seperti won Korea Selatan, yen Jepang, bahkan real Brasil. Selain itu, sejumlah fundamental ekonomi Indonesia yang masih lebih baik dibandingkan negara Amerika Latin seperti Brasil. Contohnya, defisit anggaran RI yang mencapai minus 2,7 persen masih lebih baik dibandingkan Brasil yang minus 8,7 persen. Kemudian, defisit transaksi berjalan sebesar 0,7 persen juga lebih baik dari Brasil yang 2,9 persen.