EKBIS.CO, JAKARTA -- Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2013 diperkirakan berada di kisaran 3,3 sampai 3,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). "Tentu angka itu belum final, tapi itu suatu progres yang lebih baik dibandingkan triwulan II 2013," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Dermawan Wintarto Martowardojo kepada wartawan saat ditemui di Gedung Dhanapala, Komplek Kementerian Keuangan, Rabu (30/10).
BI mencatat defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2013 sebesar 2,6 persen terhadap PDB (5,8 miliar dolar AS). Angka itu meningkat menjadi 4,4 persen terhadap PDB (9,8 miliar dolar AS).
Neraca transaksi berjalan merupakan gambaran ringkas mengenai nilai transaksi barang dan jasa suatu negara dalam kurun waktu satu tahun. Neraca transaksi berjalan terdiri atas neraca perdagangan (digunakan untuk mencatat nilai transaksi ekspor dan impor barang selama satu periode), neraca jasa (kegiatan jasa yang diselenggarakan suatu negara) dan neraca nonbalas jasa (misalnya Indonesia memberikan atau menerima hibah).
Defisit transaksi berjalan yang besar dapat memberikan citra buruk manajemen ekonomi nasional. Imbas berikutnya adalah kekhawatiran para pelaku ekonomi dari luar negeri, terutama investor asing terkait prospek masa depan perekonomian.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan, perbaikan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2013 tak lepas perbaikan neraca perdagangan. Ini ditandai oleh penurunan impor barang dan bahan baku. "Itu kondisinya makin sehat," kata mantan Menteri Keuangan ini.
Akan tetapi, Agus meminta seluruh pengampu kebijakan untuk terus mengawasi impor bahan bakar minyak (BBM). "Mungkin di Bulan September masih terlihat tinggi, dikhawatirkan Bulan September kembali defisit," ujar Agus.
Dalam sejumlah kesempatan, pejabat pemerintah kerap mengungkapkan keyakinannya defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2013 akan membaik. Keyakinan itu diucapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa beberapa waktu lalu. "Saya yakin di triwulan III akan membaik," ungkapnya.