EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menyatakan meningkatnya produk lokal atau dalam negeri mampu menekan importasi khususnya untuk barang konsumsi yang pada Januari-September 2013 turun 1,96 persen. "Faktor penurunan barang konsumsi ada beberapa hal, salah satunya adalah konsumen Indonesia sekarang makin peduli dan meminati produk dalam negeri," kata Bayu dalam jumpa pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (1/11).
Bayu mengatakan, semakin banyak masyarakat Indonesia yang menilai bahwa produk-produk Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik, beberapa contohnya adalah produk batik dan kuliner. "Ini merupakan perkembangan yang harus kita syukuri, dan akan kita lihat kedepan, karena memang konsisten penurunannya untuk konsumsi tersebut," kata Bayu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor barang konsumsi untuk periode Januari-September 2012 tercatat sebesar 9,9 miliar dolar Amerika Serikat, sementara untuk periode yang sama di tahun 2013 ini tercatat sebesar 9,7 miliar dolar AS.
Bayu menjelaskan, selain faktor meningkatnya minat atas produk dalam negeri tersebut, beberapa faktor lainnya adalah beberapa produk seperti garmen, alas kaki, dan kosmetik sudah bisa diproduksi di dalam negeri sehingga mampu menekan angka impor untuk barang konsumsi. "Selain itu terkait juga kurs, dan beberapa kategori barang konsumsi yang dibeli dalam skala besar seperti oleh BUMN dan lainnya tersebut banyak yang dijadwalkan ulang," ujarnya.
Sementara itu, menanggapi pertanyaan terkait defisit neraca perdagangan sebesar 657,2 juta dolar AS, Bayu mengatakan bahwa hal tersebut akibat lonjakan importasi minyak mentah yang cukup signifikan. "Yang kita cermati, untuk impor olahan migas relatif masih stabil, namun, impor minyak mentah terjadi peningkatan yang cukup signifikan," kata Bayu.
Ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan peringatan untuk meningkatkan lifting minyak dalam negeri. Bayu menjelaskan, hal tersebut merupakan tantangan terseut tantangan tersendiri untuk meningkatkan lifting minyak dalam negeri, karena jika tidak akan terus menekan neraca perdagangan Indonesia.
BPS mencatat, total nilai ekspor Indonesia pada periode September 2013 mencapai 14,81 miliar dolar AS atau turun sebesar 6,85 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012 lalu sebesar 15,9 miliar dolar AS. Total ekspor periode September 2013 terdiri atas ekspor nonmigas sebesar 12,29 miliar dolar AS dan ekspor migas senilai 2,52 miliar dolar AS, dan meskipun terjadi penurunan ekspor September 2013 dibanding dibanding periode sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan periode Agustus 2013 ekspor Indonesia melonjak tajam 13,19 persen atau sebesar 13,08 miliar dolar AS.
Nilai ekspor terbesar nonmigas selama September 2013 terjadi pada bahan bakar mineral yang mencapai 1,767 miliar dolar AS atau mengontribusi 16,89 persen terhadap total ekspor nasional.