EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia Investment Summit 2013 digelar di Jakarta, Kamis (7/11). Seperti tahun sebelumnya, Wakil Presiden Boediono diminta untuk membuka acara yang disponsori oleh Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM).
Sayangnya, pidato Boediono tahun ini tidak jauh berbeda dibandingkan pidatonya tahun lalu. Isu besar yang dipaparkan Boediono nyaris sama dengan yang ia paparkan pada pembukaan Indonesia Investment Summit 2012.
Dalam pidatonya, Boediono menyebutkan Indonesia sempat mengalami dampak dari krisis ekonomi global pada 2008, namun berhasil kembali seperti semula. "Hingga tahun lalu, Indonesia dapat menjaga pertumbuhan ekonomi di atas enam persen," ujar Boediono dalam pidatonya di Ritz Carlton Kuningan, Kamis. Isu ini juga disampaikannya dengan kalimat yang hampir mirip di pidato tahun lalu.
Tahun ini, Indonesia harus merevisi pertumbuhan ekonominya lantaran perlambatan ekonomi global. Namun Indonesia dinilai masih prospektif. "Kami dikaruniai kekayaan sumber daya mineral," kata mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini.
Boediono juga menyinggung tentang reformasi yang menjadi tonggak demokrasi Indonesia. Reformasi telah menempatkan demokrasi Indonesia di jalur yang sesuai. Hal serupa juga diungkapkannya tahun lalu.
Tantangan yang sama juga Boediono sampaikan dalam pidatonya. Tantangan pertama adalah infrastruktur. "Dalam beberapa tahun terakhir kami bekerja keras untuk menyelesaikan masalah infrastruktur. Dalam dua tahun ke depan, sejumlah proyek infrastruktur akan selesai dan akan ada lebih banyak proyek baru," ujar Boediono.
Boediono juga menyampaikan tentang aktivitas buruh Indonesia yang belakangan menuntut kenaikan upah. "Aksi ini saya rasa perlu dilihat sebagai bagian dari demokrasi di dunia kerja," kata Boediono. Dalam pidatonya tahun lalu, Boediono juga menyinggung hal serupa.