EKBIS.CO, JEDDAH -- Potensi bisnis dari wisatawan Muslim diprediksi mencapai lebih dari 120 miliar dolar AS per tahun. Sayangnya peluang tersebut belum dimanfaatkan maksimal. Penawaran global untuk wisatawan muslim dinilai masih kurang.
Seorang eksekutif dari Arab Saudi, Kahlid pernah mengajak istri dan putrinya bepergian ke Amerika Serikat. Mereka menggunakan penerbangan kelas bisnis dan tinggal di hotel mewah di New York, Orlando, Disney World dan Washington DC.
Mereka menikmati pemandangan dan perbedaan budaya. Namun mereka tidak yakin apakah akan ke sana lagi. Pasalnya Khalid dan keluarga kesulitan menemukan makanan halal dan tempat nyaman untuk shalat. Anak perempuan Kahlid pun tidak nyaman dengan kolam renang yang bercampur lawan jenis.
Kahlid sekarang berpikir akan mencontoh seorang temannya bernama Fateh yang memutuskan bepergian jauh dari negara asalnya, Turki. Dia memilih berlibur di sebuah resor pantai bintang lima baru di Didim. Sekembalinya dari sana, Fateh bersemangat menceritakan bagaimana nyamannya ia dan keluarga. Di sana, ada kolam renang dan pantai terpisah untuk keluarga, laki-laki, dan perempuan saja. Semua makanan bersertifikat halal. Setiap kamar hotel disediakan waktu adzan.
Kepala Pasar Modal Syariah Global Thomson Reuters, Sayd Farook mengatakan travel ke negara-negara mayoritas Muslim jelas merupakan pilihan gaya hidup bagi kebanyakan umat Islam. Tiga negara tujuan mereka adalah Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA). Populasi Muslim dari lima negara berikutnya yang minoritas Muslim yakni Singapura, Rusia, Cina, Perancis dan Thailand.
"Dengan persembahan dan pemasaran tepat, ada peluang besar bagi negara-negara untuk mengambil porsi perdagangan pariwisata Muslim yang tumbuh lebih cepat dari segmen pasar lain," ujar Farook seperti dikutip The National, Ahad (10/11).
Berdasarkan studi mengenai 'Gaya Hidup Pasar Wisata Muslim Global 2012' yang dilakukan oleh lembaga penelitian DinarStandard berbasis di New York dan pelopor pengembangan wisata halal Crescent-Rating, diperoleh data perjalanan Muslim menyumbang lebih dari 12 persen atau sekitar 126 miliar dolar AS. Angka tersebut untuk pengeluaran rekreasi, bisnis dan wisata lainnya.
Studi yang dilakukan Straff Cina menunjukkan bahwa umat Islam menyukai tempat duduk nyaman, penerbangan ramah, kamar bersih dan lokasi hotel strategis seperti halnya wisatawan lain. Namun mayoritas menyatakan ketidakpuasan berkaitan dengan keimanan dan kehalalan makanan. Pasalnya makanan halal dan ruang shalat masuk dalam bagian atas daftar kebutuhan mereka.
Farook menyebut beberapa negara sudah mengakomodir kebutuhan para wisatawan Muslim. Sebagai contoh, Pemerintah Queensland menetapkan sebuah ruang khusus saat Ramadhan di Surfer Paradise Gold Coast Australia. Pemerintah Thailand menawarkan spa bersertifikat halal dan lembaga promosi wisata yang mempromosikan makanan halal dari populasi imigran Muslim di London, Paris dan Munich. "Persaingan pasar Muslim akan terus meningkat," ucapnya.
Dubai misalnya, sudah menjadi tujuan wisata utama umat Islam. Dubai menawarkan perpaduan perbelanjaan modern, hiburan keluarga, ruang shalat dan masakan halal dunia. Beberapa negara juga berkesempatan menjadi tujuan wisatan Muslim, yakni negara dengan warisan Islam seperti Arab Saudi, Uzbekistan, India dan Spanyol; atau negara dengan diaspora Muslim besar seperti Afrika Selatan, India, Cina, Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman.