EKBIS.CO, JAKARTA -- Perbankan di Tanah Air akan mengikuti arahan Bank Indonesia (BI) untuk memperlambat kreditnya tahun depan. BI meminta perbankan untuk memperlambat pertumbuhan laju kredit pada 15-17 persen. Perlambatan kredit dilakukan untuk mengendalikan laju pertumbuhan agar lebih stabil.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia, Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan arah kebijakan pemerintah ke depan memang perlambatan perkembangan ekonomi karena menyesuaikan dengan perkembangan global. Jika Indonesia tidak memperlambat pertumbuhan, impor akan meningkat sehingga akan terjadi defisit di neraca pembayaran yang berimbas pada depresiasi mata uang. "Itu sebabnya credit growth hanya diperkirakan sekitar 15-17 persen, saya kira perbankan siap," ujar Jahja kepada ROL, Jumat (15/11).
Perbankan siap memperlambat kredit karena likuiditas ketat. Oleh karena itu, jika tidak ditunjang perlemahan permintaan kredit, likuiditas akan memacu suku bunga naik. "Kalau kredit growth dikurangi maka akan cukup likuiditasnya," ujar dia.
BCA akan menjaga pertumbuhan kreditnya pada 13,5-15 persen tahun depan. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada target kredit 2013 yang sebesar 22-23 persen. Jahja berharap penyaluran kredit dapat didorong pada pertengahan tahun depan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri, Tbk, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pertumbuhan kredit pada 2014 akan berada di dekat batas atas sebesar 17 persen. Budi mengatakan penyaluran kredit per September dapat tumbuh sebesar 23 persen karena ada kenaikan kurs. "Kalau tidak ada kenaikan kurs sudah 20 persen," ujar dia.
PT Bank OCBC NISP, Tbk akan menjaga pertumbuhan kreditnya pada 15-20 persen untuk tahun depan. Direktur Utama PT Bank OCBC NISP, Tbk, Parwati Surjaudaja, mengatakan kondisi ekonomi berubah dengan sangat cepat sehingga tidak menutup kemungkinan target kredit dapat berubah.