EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Pertanian dari Universitas Lampung, Bustanul Arifin melihat keanggotaan Indonesia dalam World Trade Organisation (WTO) belum memberi manfaat. Ia pun melihat ada persoalan domestik yang lebih berat untuk diselesaikan pemerintah akibat inkonsistensi kebijakan pertanian.
Salah satu contohnya yang terjadi pada komoditas kedelai. Seharusnya pemerintah berupaya keras mengelola kedelai produksi dalam negeri. "Tapi di WTO tidak begitu mekanismenya, jadi kita sendiri gak konsisten. Gimana mau tercapai," katanya ditemui di Simposium Pangan Nasional, Senin (2/12).
Ia pun melihat bahwa tugas perunding di WTO nanti sedikit sulit. Sebelum berhadapan dengan negara lain, seharusnya Indonesia sudah lebih siap dengan kebijakan di dalam negeri.
Agar bisa meraih keuntungan dalam WTO, sebaiknya perunding segera menetapkan sikap. Indonesia harus menetapkan ingin menjadi trading country ataupun production country. "Paling baik kalau Indonesia bisa menjalankan dua sistem tersebut," katanya.