EKBIS.CO, JAKARTA -- HSBC Indonesia menilai bahwa pertumbuhan investasi di Indonesia pada 2014 masih positif menyusul penanganan inflasi dan neraca perdagangan Indonesia dinilai baik.
"Bank Indonesia sudah melakukan berbagai upaya. Pemerintah juga cukup konsisten terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan dalam menangani masalah struktural dalam memperbaiki neraca perdagangan Indonesia," ujar HSBC Indonesia Managing Director of Global Markets, Ali Setiawan dalam seminar 'HSBC Global Economic Outlook 2014' di Jakarta, Rabu (4/12).
Ia mengemukakan bahwa investor asing masih tertarik menempatkan investasinya di Indonesia terutama dari negara Jepang. Bahkan, negeri Matahari Terbit itu menempatkan Indonesia di urutan pertama untuk berinvestasi.
"Indonesia telah melakukan pekerjaan yang baik di mata internasional. Indonesia adalah negara nomor satu paling menarik bagi investor Jepang. Namun tidak hanya investor Jepang, dari Eropa dan AS pun melihat positif. Apalagi, ukuran pasar investasi di Indonesia masih sangat besar," kata dia.
Ia mencontohkan, di Pulau Jawa masih cukup luas untuk berinvestasi yang berpotensi.Sektor yang paling jelas adalah infrastruktur. "Dalam sektor itu, kita masih terbelakang dibandingkan negara-negara tetangga lain. Secara fundamental, ekonomi Indonesia masih tumbuh, jadi jangan khawatir," kata Ali.
Kendati demikian, Ali mengatakan bahwa pemerintah dapat lebih transparansi dan konsisten dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat.
Dalam kesempatan yang sama, HSBC Economist ASEAN, Su Sian Lim mengatakan bahwa Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya pada dasarnya menampilkan performa ekonomi yang kuat. "Adanya permintaan domestik yang besar dan tingkat pengangguran yang relatif rendah, memberikan keuntungan baik dari sisi retail dan belanja rumah tangga maupun sektor bisnis," katanya.
Menurut Su Sian Lim, langkah?langkah Bank Indonesia yang diiringi dengan kebijakan fiskal oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan bertujuan untuk mempersempit defisit neraca transaksi berjalan, mengendalikan nilai tukar, menahan inflasi, serta mempertahankan cadangan devisa sudah berjalan.
"Harus diakui juga, bahwa penyesuaian harga bahan bakar minak (BBM) pada Juni 2013 lalu telah membantu mengurangi defisit transaksi berjalan," ujarnya.