EKBIS.CO, DEPOK -- Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rizal E.Halim mengatakan pada tahun 2014 neraca perdagangan Indonesia masih relatif tertekan dengan defisit yang tetap menghantui neraca transaksi berjalan.
"Untuk impor migas masih akan tinggi kecuali ada pengurangan besaran subsidi BBM secara massif," kata Rizal ketika menjelaskan proyeksi ekonomi Indonesia pada 2014 di Depok, Selasa (24/12).
Menurut Direktur Lingkar Studi Efokus ini potensi ekspor komoditas unggulan juga belum bisa menemukan titik yang terbaik. Alasannya keinginan untuk menggenjot barang bernilai tambah tinggi masih membutuhkan 2-3 tahun lagi setelah infrastruktur fisik dan regulasinya rampung.
"Permintaan cukup tinggi mengingat meningkatnya pendapatan masyarakat sementara pasokan dari dalam negeri tidak memadai, maka impor seperti tahun tahun sebelumnya akan menjadi pilihan," ujarnya.
Ia mengatakan praktik 'rent seeking economy' masih membelenggu daya saing nasional khsusunya di sektor-sektor strategis seperti energi, perkebunan, telekomunikasi, dan pangan.
Ia juga menekankan persoalan kepastian hukum semakin menggerogoti daya saing dimana kepercayaan publik kepada penegak hukum saat ini berada pada titik terendah. Mesin birokrasi belum memberikan kinerja yang terbaik khususnya terkait keseimbangan alokasi anggaran birokrasi dengan kualitas pelayanan publik yang diberikan.
"Sinergi antar kelembagaan baik Kementerian-lembaga dan nonkementerian masih belum sesuai dengan ekspektasi pasar. Kontra poriduktif antara entitas di lembaga pemerintahan masih menjadi penghambat daya saing nasional sepanjang 2014," ujarnya.