Rabu 08 Jan 2014 16:11 WIB

Penunjukan Yellen Berikan Kepastian pada Investor

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Janet Yellen
Foto: AP/Jacquelyn Martin
Janet Yellen

EKBIS.CO, JAKARTA -- Senat Amerika Serikat (AS) sepakat menunjuk Janet Yellen sebagai wanita pertama yang menjadi gubernur baru Bank Sentral AS, the Federal Reserve (the Fed). Yellen akan menjabat sebagai gubernur the Fed mulai 1 Februari 2014. Pengamat menilai penunjukan Yellen akan memberikan kepastian kepada para investor.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, mengatakan kebijakan yang akan diambil Yellen tidak berbeda jauh dengan kebijakan yang telah diambil Ben Bernanke. Di bawah kepemimpinan Bernanke, the Fed telah membuat suku bunga jangka pendek hampir ke nol dan memompa likuiditas ke dalam sistem keuangan melalui pembelian surat utang.

"The Fed sudah mengatakan bahwa dalam 2 tahun tidak akan naikan bunga," ujar Aviliani, Rabu (8/1). Dengan kebijakan tersebut, Aviliani memprediksikan Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikan BI Rate lagi.

Penunjukan Yellen juga memberikan kepastian dan penjelasan mengenai tapering off. Hal itu akan membuat iklim investasi membaik. Investor akan kembali menginvestasikan dananya. "Sekarang banyak investor memegang uang cash, jadi terjadi kekeringan," ujar Aviliani.

 

Untuk Indonesia, Aviliani mengatakan terdapat dua skenario yang dapat terjadi. Skenario pertama, dana akan masuk dalam jumlah yang banyak sehingga rupiah akan menguat. Menurutnya, ini adalah momen bagi Indonesia untuk memperbaiki struktur ekonomi. "Biasanya lupa. Ketika ekonomi bagus lupa memperbaiki struktur ekonomi," ujar dia.

Untuk skenario kedua, dana tidak akan masuk ke negara berkembang termasuk Indonesia. Aviliani mengatakan, untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia harus memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cepat. Salah satunya dengan meningkatkan ekspor.

Namun, Aviliani memperkirakan ekspor akan menurun sebesar 20 persen karena implementasi Undang-Undang (UU) Minerba. Dalam UU tersebut, pengusaha tambang dilarang mengekspor barang mentah dan harus memiliki smelter sendiri. Avi mengatakan, untuk membangun smelter membutuhkan waktu 2-3 tahun. "Membangun smelter tidak semudah kebijakannya. Tidak mungkin yang skala kecil membangun smelter. Bahkan yang sudah komitmen pun apakah bahan bakunya selalu ada," ujar dia.

Sementara itu, dari sisi impor, Aviliani mengatakan impor tak bisa di rem. Menghentikan impor barang modal akan mengganggu ekonomi. Dengan impor yang masih tinggi dan ekspor yang turun, defisit akan tinggi. Pada akhirnya rupiah dapat melemah. "Kalau rupiah melemah bisa masuk krisis," ujar dia.

Yellen (67) sebelumnya menjabat sebagai deputi gubernur Bank Sentral AS sejak 2010. Penunjukan Yellen disepakati dengan kemenangan dalam voting 56 suara lawan 26 suara. Seluruh 45 anggota Senat dari Partai Demokrat memilih Yellen ditambah dengan 11 suara dari Partai Demokrat, sementara 26 anggota senat Partai Republik menolak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement