EKBIS.CO, SAMPIT -- Upaya Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah untuk swasembada daging masih menghadapi berbagai kendala, salah satunya sulitnya mendapatkan bibit sapi.
"Selama ini Kotim mendatangkan bibit sapi dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur, namun saat ini di daerah itupun kekurangan bibit sapi, faktor itulah yang menjadi kendala," ujar Kadis Pertanian, Peternakan, Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kotim, Jakatan di Sampit, Senin.
Sulitnya mendapatkan bibit sapi berkualitas ini benar-benar menghambat upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi sapi di Kotim. Padahal, tingkat konsumsi daging di daerah ini sangat tinggi dan cenderung meningkat.
Untuk pengembangan sapi, pemerindah daerah sudah menyediakan lahan seluas 20 hektare di Jalan HM Arsyad yang digunakan sebagai lokasi pembibitan sapi. Sayangnya karena kendala bibit, lokasi itu belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Sebagai solusi, pemerintah daerah akan berupaya memberdayakan pembibitan sapi lokal di lahan tersebut. Upaya lainnya adalah dengan memberi insentif kepada peternak yang menunda memotong sapi bunting hingga sapi tersebut melahirkan.
Pemerintah daerah juga mengimbau peternak menjaga populasi sapi betina dengan tidak menjual atau memotongnya sehingga ada harapan sapi tersebut melahirkan beberapa sapi untuk menambah populasi.
Insentif kepada peternak langsung diserahkan setelah diverifikasi di lapangan. Bantuan itu diharapkan dapat membantu memenuhi membeli pakan bernutrisi ternak sapi sehingga indukan dan anak yang dilahirkan tumbuh sehat.
Jakatan mengatakan, setiap tahun pemerintah daerah menyalurkan bantuan sedikitnya ratusan sapi melalui kelompok tani yang sudah diajukan ke pemerintah daerah dan berhak untuk menerima bantuan tersebut untuk diberdayakan.
"Tahun ini kita terus menambah dan mecapai 500 ekor yang kita salurkan ke masyarakat Kotim, meningkat 20 persen dari tahun sebelumnya," kata Jakatan.
Kebutuhan sapi di Kotim setiap tahunnya mencapai 6.000 ekor. Masih rendahnya produksi sapi oleh peternak lokal membuat separuh dari total kebutuhan didatangkan dari luar daerah yakni dari Kalimantan Selatan, Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.