Kamis 23 Jan 2014 13:23 WIB

Harga Minyak Terpukul oleh Aksi Ambil Untung

Red: Nidia Zuraya
Harga Minyak Mentah
Foto: Antara
Harga Minyak Mentah

EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak turun di perdagangan Asia Kamis (23/1) karena investor mengunci keuntungan setelah mereka mencapai tingkat tertinggi tahun ini di tengah perkiraan permintaan kuat.

Para analis mengatakan, para pedagang akan tetap tertuju pada pertemuan minggu depan  bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), untuk lebih mengarah pada seputar rencananya untuk mengurangi program stimulus yang sangat besar bagi perekonomian AS.

Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 31 sen pada posisi 96,42 dolar AS per barel pada pertengahan perdagangan pagi setelah naik 1,76 dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (22/1).  Minyak mentah Brent untuk penyerahan Maret merosot 32 sen menjadi 107,95 dolar AS setelah naik 1,54 dolar AS.

Badan Energi Internasional dalam laporan proyeksi permintaan bulanan untuk minyak mentah akan naik 1,3 juta barel per hari pada 2014, naik dari perkiraan sebelumnya meningkat 1,2 juta barel. Dikatakan bahwa konsumsi dipercepat pada akhir 2013 karena ekonomi maju, yang dipimpin oleh Amerika Serikat,yang terlihat mencatat pertumbuhan.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah menaikkan prediksi pertumbuhan global untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun - memprediksi 3,7 persen ekspansi pada 2014, naik dari perkiraan sebelumnya 3,6 persen. Sementara pertumbuhan tahun lalu tercatat tiga persen. Prediksi optimis didorong oleh pemulihan yang kuat di Amerika Serikat, sementara negara lain menjauh dari penghematan.

Semua mata sekarang tertuju pada The Fed, yang bulan lalu mengatakan akan memangkas skema pembelian obligasi dengan 10 miliar dolar per bulan menjadi 75 miliar dolar AS pada Januari. "Pasar akan mengawasi hasil dari pertemuan Fed pekan depan, terutama jika pembelian obligasi harus dikurangi," kata Sanjeev Gupta, kepala praktisi minyak dan gas Asia-Pasifik pada perusahaan konsultan Ernst and Young kepada AFP.

sumber : Antara/AFP
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement