EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR, Bobby Adhityo Rizal, mengatakan pembangunan smelter guna mengolah hasil tambang mentah bakal menambah jumlah penerimaan negara di masa mendatang.
"Proses pengolahan yang dilakukan smelter memberikan nilai tambah yang sangat signifikan bagi penerimaan negara," kata Bobby dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (24/1). Ia mengingatkan bahwa berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pembangunan smelter dipastikan meningkatkan nilai jual produk dari sumber daya alam Indonesia.
Politisi Partai Golkar itu mencontohkan harga 1 ton bauksit hanya 1 dolar AS, namun bila diolah melalui smelternya, maka bauksit akan menjadi alumina yang bernilai 8 dolar AS per ton. "Jika diolah lagi menjadi aluminium maka harganya melonjak menjadi 30 dolar AS per ton," katanya.
Untuk itu, ujarnya, pemerintah juga diminta agar dapat memperluas penyerapan baik pasar domestik maupun ekspor hasil smelter di berbagai negara tujuan guna memberikan kepastian pengusaha smelter untuk memasarkan produksinya. Anggota DPR RI itu juga ingin pemerintah memastikan iklim investasi yang kondusif bagi pengusaha dalam negeri yang membangun dan mengembangkan smelter di Tanah Air.
"Sebab iklim investasi yang kondusif akan meningkatkan produktivitas smelter, termasuk kapasitas terpasang smelter," ucapnya.
Pemerintah juga diminta untuk memberikan bantuan dalam bentuk penyediaan teknologi yang memadai dan berstandar internasional agar produk smelter dalam negeri dapat bersaing di dunia internasional. Sebagaimana diberitakan, pemerintah mempercepat pembangunan 66 unit pabrik pengolahan (smelter) mineral pascapenerapan UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Menteri ESDM Jero Wacik di Jakarta, Senin (13/1), mengatakan pemerintah sudah berketetapan melarang ekspor mineral mentah atau bijih mulai 12 Januari 2014 sesuai amanat UU 4/2009. "Sekarang ini ada 66 smelter yang sedang kami kejar pembangunannya," katanya.