EKBIS.CO, JAKARTA -- Dampak wacana akuisisi PGN oleh Pertamina menyebar. Setelah Jamsostek dan Dana Pensiun Pertamina yang merugi, kini giliran PT Taspen (Persero) yang buntung.
Pasalnya, Taspen juga memiliki saham di emiten berkode PGAS itu, sebanyak 63.407.500 lembar saham. Kerugian yang dialami Taspen sejak isu akuisisi bergulir pada Oktober 2013 hingga penutupan perdagangan Kamis (30/1) tahun ini ditaksir mencapai Rp 56.432.675. 000 atau Rp 56,4 miliar.
Kerugian itu dihitung dari anjloknya harga sama emiten berkode PGAS. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 24 Oktober 2013, saham PGAS ditutup di level Rp 5.450 per saham. Lalu, pada pada penutupan perdagangan, Kamis (30/1) ditutup di level Rp 4.770. Melihat situasi yang berkembang seperti sekarang ini, beberapa pihak menilai pemerintah telah salah mengambil langkah.
Direktur Eksekutif Center for Energy and Strategic Resources Indonesia (CESRI), Prima Mulyasari Agustini mengatakan Kementerian BUMN terlalu terburu-buru melempar isu polemik ini ke publik. Akibatnya, menurut Prima, banyak pihak yang merasa dirugikan.
"Isu yang sensitif seharusnya tidak terlalu cepat dilempar ke publik," jelas Prima ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (4/2).
Seharusnya, kata Prima, Kementerian BUMN waspada dan berpikir panjang terkait dampak yang bisa muncul. Sebab, menurutnya, selain merugikan pemegang saham PGAS yang notabene perusahaan BUMN seperti Jamsostek dan PT Taspen, negara yang menjadi pemegang saham mayoritas PGN juga rugi. Nilainya mencapai sekitar Rp 15 triliun. "Saham PGN kan mayoritas milik negara," katanya mengakhiri.