EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membukukan pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang 2013 sebesar Rp 472,4 triliun. Nilai ini tumbuh 21,5 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala N Mansuri mengatakan, kenaikan kredit perseroan didorong oleh pertumbuhan di segmen ritel. Dibandingken segmen wholesale dan korporasi, bisnis ritel tumbuh di atas 18 persen. "Seperti sektor konsumer tumbuhnya 18,5 persen," kata Pahala dalam paparan kinerja keuangan di Plaza Mandiri, Senin (10/2).
Bank Mandiri masih fokus menyalurkan kredit ke sektor produktif. Sekitar 86 persen kredit yang disalurkan perseroan adalah ke sektor produktif.
Ritel masih mendominasi kredit Bank Mandiri secara keseluruhan, yaitu 31,2 persen dari total kredit. Segmen ritel yang tumbuhnya paling tinggi adalah sektor mikro yang tumbuh 42,3 persen menjadi Rp 27 triliun.
Kredit di segmen business banking tumbuh sebesar 20,9 persen menjadi Rp 46,5 triliun. Sementara, kredit konsumer tumbuh 18,5 persen menjadi Rp 56,6 triliun. Perlambatan pertumbuhan di sektor konsumer disebabkan oleh aturan loan to value (LTV) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI).
Bank Mandiri masih terus aktif menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR). Sepanjang 2013, KUR yang disalurkan mencapai Rp 14,4 triliun kepada 295 ribu debitur.
Direktur Utama Budi G Sadikin mengatakan, kredit perseroan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini dibantu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sehingga, kredit yang disalurkan dengan menggunakan valutas asing (valas) nilainya bertambah. "Kalau dihilangkan keuntungan dari kurs, kredit kami tumbuh 17,8 persen.
Sampai akhir 2013, aset Mandiri tumbuh 15,3 persen menjadi Rp 733 triliun. Dana pihak ketiga tumbuh 15,2 persen menjadi Rp 556,34 triliun. Sementara, perseroan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di level 0,58 persen.
Laba bersih Bank Mandiri tumbuh 17,4 persen menjadi Rp 18,2 triliun. Laba bersih didorong oleh pendapatan bunga yang tumbuh 18 persen menjadi Rp 50,2 triliun dan fee based income sebesar Rp 14,5 triliun.