Rabu 19 Feb 2014 16:05 WIB

Faisal Basri: Konsep KEK Sesat Pikir

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Faisal Basri
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Faisal Basri

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom senior Faisal Basri menanggapi sinis upaya pemerintah mendorong pusat pertumbuhan baru melalui penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sebab, berkaca dari pemberlakuan special economic zone di Batam, Kepulauan Riau, pertumbuhan impor di kawasan tersebut jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan ekspor.

"Jadi, kawasan bebas itu kan tujuannya untuk promote ekspor, bukan mempermudah impor. Aduh, kacau deh. Ini terjadi karena sudah sesat pikir.  Indonesia ini sudah bebas total," ujar Faisal kepada ROL saat ditemui selepas sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/2). 

Kemarin, Sidang Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) telah memutuskan untuk mengajukan tiga daerah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk ditetapkan sebagai KEK.  Ketiga daerah itu adalah Tanjung Api-api (Sumatra Selatan), Mandalika (Nusa Tenggara Barat) dan Morotai (Maluku Utara). 

Ketiga calon KEK akan diajukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir bulan ini untuk ditetapkan sebagai KEK. Nantinya, penetapan KEK akan didasari oleh Peraturan Pemerintah. Sejauh ini, sudah ada dua KEK yaitu Sei Mangkei (Sumatra Utara) dan Tanjung Lesung (Banten).

Faisal mencontohkan produk yang dihasilkan industri rokok di kawasan bebas. Rokoknya dijual separuh harga dari harga normal karena adanya fasilitas bebas kepabeanan dan cukai. "Ini kawasan bebas ini kawasan bebas apaan kalau cuma industri rokok yang maju?," tanya alumni Universitas Indonesia ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement