EKBIS.CO, BOGOR--Karakter investor perdagangan valuta asing asal Indonesia yang paling tampak adalah gengsi besar dan tidak siap menerima risiko besar, demikian disampaikan Kepala Pemasaran dan Hubungan Investor PT Askap Futures Rizki Bastari.
"Seringkali investor pemula di valas yang sudah mendapatkan keuntungan tidak akan mempelajari atau menerima masukan dari para investor lain yang telah lama masuk di industri ini," kata Rizki di sela-sela jumpa pers di Bogor, Jumat malam.
Rizki mengakui perdagangan valas seringkali diidentikkan dengan berjudi karena investor pemula dan masyarakat tidak memahami risiko dan cara kerja perdagangan valas, selain sikap ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat.
"Risiko valas akan tinggi jika investor hanya menebak-nebak nilai perdagangannya tanpa mengetahui aspek fundamental dari perdagangan itu," kata Rizki.
Di samping aspek mental investor valas, Rizki juga mengakui citra negatif industri perdagangan valas juga dari keberadaan pialang ilegal dan pemasarnya yang hanya mengejar perolehan komisi dari investor tanpa memberi edukasi.
"Jika ada investor yang merasa dirugikan atau mencurigai transaksi tertentu, mintalah jurnal atau rekam jejak transaksi dari pialang itu," kata Rizki.
Presiden Direktur perusahaan konsultan keuangan PT Astronacci International Gema
Goeyardi, yang juga hadir di jumpa pers itu, mengatakan pialang ilegal dan pemasarnya memanfaatkan kondisi psikologi investor untuk menipu.
"Mereka berjanji akan memberikan keuntungan tetap. Padahal, semua investasi yang menjanjikan keuntungan tetap atau pasti untung itu adalah penipuan," kata Gema.
Gema mengemukakan tiga prinsip dalam perdagangan valuta asing yaitu transaksi perdagangan sebagai pertandingan mental, hindari penggunaan dana yang tidak siap hilang, dan penentuan waktu yang baik dan buruk untuk transaksi.
"Cara membalas kekalahan transaksi bukan dengan menambah volume transaksi tapi dengan menambah pengetahuan dan ilmu kita perdagangan valas," ujar Gema.