EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi menyatakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga sepanjang tahun ini. Bank Indonesia (BI) tetap mewaspadai kondisi ekonomi sepanjang tahun pemilu, sehingga penurunan suku bunga tetap tidak terjadi.
"Namun kenaikan dimungkinkan jika ada tekanan baru terhadap rupiah," ujar Gundy, Rabu (26/3). Suku bunga acuan sebesar 7,5 persen dinilai masih cukup tinggi oleh industri. Hal ini akan berdampak pada pengereman penyaluran kredit oleh perbankan.
Gundy menilai, saat ini BI lebih fokus pada stabilitas alih-alih pertumbuhan. Pasalnya pengaruh pergerakan rupiah jauh lebih penting untuk ekonomi nasional bila dibandingkan dengan BI Rate. "BI lebih khawatir pada gejolak rupiah," kata Gundy.
Perlambatan pertumbuhan kredit merupakan konsekuensi dari dipertahankannya BI Rate oleh otoritas moneter. Selain itu, BI juga ingin membuat perbankan jauh lebih sehat dengan kualitas kredit yang lebih baik. Perlambatan kredit akan terlihat pada semester kedua tahun ini.
Permintaan kredit sebetulnya tetap tinggi. Namun permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh perbankan karena suku bunga yang tinggi. Sehingga, perusahaan memilih alternatif pendanaan yang lain, yaitu menerbitkan surat utang. "Penerbitan obligasi sangat menarik," kata Gundy.
Meskipun demikian, DBS melihat tahun ini akan ada pemulihan investasi. Hal ini sudah terlihat mulai awal tahun, yaitu seperti impor barang modal yang meningkat 0,9 persen pada Januari.