EKBIS.CO, JAKARTA -- Anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Telkom Flexi akan dikonsolidasikan dengan anak usaha yang lain, yaitu PT Telkomsel. Kurang menariknya pasar Code Division Multiple Access (CDMA) membuat Telkom Flexi perlu direvitalisasi.
Direktur Inovasi dan Strategi Telkom Indra Utoyo mengatakan, bisnis CDMA secara teknologi tidak lagi menarik seperti dulu. "Kami berencana melakukan konsolidasi secara grup. Nanti Flexi akan dikonsolidasi dengan Telkomsel," kata Indra, akhir pekan lalu.
Telkom akan fokus pada satu jenis portofolio saja pada bisnis seluler, yaitu GSM. Sehingga, perseroan tidak akan melakukan pengembangan Flexi.
Telkom sudah melakukan uji coba dan mendapat persetujuan dari regulator. Uji coba dilakukan di frekuensi 850 untuk melayani mulai dari papua. "Ini bagian dari migrasi," kata Indra.
Direktur Utama Telkomel, Alex Sinaga mengatakan konsolidasi adalah salah satu pilihan. Kemenkominfo sebagai regulator memberikan ketentuan migrasi perusahaan CDMA ke perusahaan GSM.
Perpindahan Flexi bisa ke operator mana saja. Tapi karena Telkom memiliki Telkomsel, agaknya pilihan terdekat adalah konsolidasi antaranak usaha. "Tapi syaratnya menunggu keputusan regulator," kata Alex.
Regulator melihat secara teknologi perusahaan CDMA kesulitan bersaing dengan GSM. Saat ini, nasib bisnis perusahaan CDMA sudah kalah populer dibandingkan dengan perusahaan GSM.
Teknologi jaringan CDMA dengan layanan Fixed Wireless Access (FWA) sudah mencapai puncaknya dan tidak bisa lebih baik lagi. Keberadaan CDMA masih terbantu dengan layanan data.
Telkom Flexi bukan satu-satunya perusahaan CDMA yang saat ini sekarat. PT Bakrie Telecom Tbk juga tengah dihadapi kerugian selama beberapa tahun terakhir. Pemilik merk dagang Esia ini membukukan rugi bersih Rp 2,64 triliun sepanjang 2013. Pendapatan perseroan hanya Rp 2,072 triliun dengan total pelanggan sebanyak 12 juta pelanggan.
Tidak jauh berbeda nasibnya, PT Smartfren Telecom (FREN) membukukan rugi bersih sebesar Rp 2,5 triliun. Naiknya rugi didorong oleh tingginya beban usaha, yaitu sebesar Rp 4,03 triliun.