Kamis 10 Apr 2014 13:50 WIB

Dirut BEI: IHSG Tertekan Bukan Disebabkan Pileg

Red: Nidia Zuraya
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito menilai kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) tertekan pada Kamis (10/4), bukan disebabkan oleh hasil pencoblosan Pemilihan Umum Legislatif 9 April 2014.

"Turun dan naiknya pasar modal itu hal yang biasa. Saya tidak melihat pelaku pasar kecewa terhadap hasil pileg (pemilu legislatif, red) kemarin (9/4)," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito di Jakarta, Kamis (10/4).

Ia mengemukakan bahwa secara umum, pasar modal Indonesia selalu mencatatkan kinerja positif pada 2014 yang merupakan tahun pemilu. Pada pemilu tahun 2004 dan 2009 indeks BEI berada dalam tren naik.

"Secara umum indeks BEI selalu naik pada tahun pemilu, pada 2004 dan 2009 indeks tetap tumbuh cukup tinggi. Pada tahun ini, saya yakin indeks akan tetap naik, tapi kalau dilihat fluktuasinya tetap naik-turun," kata dia.

Ito mengharapkan presiden terpilih mendatang memiliki kebijakan yang baik bagi sektor keuangan maupun bidang lainya agar terintegrasi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik. "Kita lihat pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang. Kita berharap presiden yang akan terpilih pro bisnis, menjaga pertumbuhan ekonomi, dan memberi peluang sebanyak-banyaknya bagi masyarakat untuk berusaha," ucap Ito.

Terkait investor asing yang cenderung melakukan lepas saham, menurut Ito, merupakan hal yang biasa saja, karena investor asing akan tetap melakukan transaksi di pasar modal domestik. "Ada saat beli dan ada saat jual, yang penting pasar modal tetap memiliki likuiditas yang tinggi," katanya.

Ito meyakini bahwa investor global tidak akan mengabaikan Indonesia. Secara valuasi emiten Indonesia memberikan return on equity (ROE) lebih tinggi dibanding emiten di bursa-bursa regional. "Itu menjadi salah satu kunci bagi pasar modal," ucapnya.

Ia mengemukakan bahwa return on equity merupakan hubungan laba tahunan setelah pajak terhadap ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio itu digunakan sebagai ukuran efektivitas dana pemegang saham yang telah diinvestasikan. Ito juga mengatakan bahwa dari sembilan sektor industri di pasar modal, secara umum kinerjanya cukup bagus.

"Salah satunya sektor otomotif, negara Jepang banyak memindahkan pabriknya dari Thailand ke Indonesia. Itu kan juga salah satu tanda bahwa Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement