EKBIS.CO, TOKYO -- Jepang mengalami defisit energi yang naik empat kali lipat. Pada Maret 2014, defisit energi mencapai 14 miliar dolar AS, naik dari 3,5 miliar AS pada periode yang sama tahun lalu.
Dari laporan ekonomi Jepang, Senin (21/4), defisit terjadi karena melemahnya ekspor dan impor energi terus melonjak. Melemahnya nilai yuan atas dolar AS juga ikut memperparah jurang defisit energi ini.
Kenaikan impor energi Jepang menanjak sejak negeri itu menutup seluruh reaktor nuklirnya menyusul gempa dan tsunami pada 2011. Dampaknya, harga energi ikut terdongkrak untuk pasar Jepang.
Menurut data terbaru, impor LPG Jepang naik lebih dari delapan persen pada Maret dibandingkan pada bulan sama tahun lalu. Untuk impor LNG naik hammpir empat persen.
Jepang harus membayar mahal untuk impor ini setelah pemerintah menerapkan kebijakan agresif untuk menggerakkan ekonomi. Kebijakan ini termasuk mendorong kenaikan suplai uang, yang berdampak pada pelemahan yen. Yen jatuh hampir 10 persen atas dolar AS antara Maret 2013 dan Maret tahun ini.
Indonesia menjadi salah satu pemasok utama gas alam untuk negeri matahari terbit itu. Selain Jepang, Korea Selatan menjadi negara yang sangat tergantung dengan suplai gas alam.