EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia kembali merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi sebelumnya diproyeksikan berada di kisaran 5,5-5,9 persen direvisi menjadi 5,1-5,5 persen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi tersebut melihat realisasi pertumbuhan ekonomi dan perkiraan-perkiraan yang terjadi di sisi eksternal, harga komoditas, dan dampak Undang-Undang Minerba. "Revisi ini karena ada penurunan di sisi ekspor riil, yakni ekspor barang dan jasa," ujar Perry, Kamis (8/5).
Ia menjelaskan, ketika BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5,5-5,9 persen, BI memperkirakan ekspor barang jasa bisa tumbuh 8,1-8,5 persen. Namun, setelah melihat kondisi saat ini, ekspor barang jasa hanya diperkirakan dapat tumbuh 1,5-1,9 persen.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga masih dapat tumbuh. BI memperkirakan konsumsi rumah tangga dapat tumbuh 5,1-5,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya 4,9-5,3 persen. Investasi, menurut dia, masih bisa tumbuh relatif sama yakini berada pada kisaran 4,8-5,2 persen.