Jumat 06 Jun 2014 16:27 WIB

Minyak Naik di Asia Setelah ECB Pangkas Suku Bunga

Red: Julkifli Marbun
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)
Foto: Mentalfluss Blogspot
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)

EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak naik di perdagangan Asia, Jumat, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan penurunan suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik tiga sen menjadi 102,51 dolar ASper barel, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Juli naik delapan sen menjadi 108,87 dolar dalam perdagangan sore.

"Harga minyak mentah tampak mantap dan akan tetap di atas penutupan mereka sebelumnya, karena para investor mencerna pengumuman ECB," Kelly Teoh, direktur pelaksana di IR Resources di Bangkok, mengatakan kepada AFP.

"Data ekonomi Eropa yang lebih baik dari perkiraan dan penurunan suku bunga ECB berarti Brent akan bertahan naik," kata Teoh.

ECB pada Kamis memangkas suku bunga deposito menjadi -0,10 persen. Ini berarti bank-bank akan dikenakan biaya untuk menyimpan dana-dananya pada ECB dengan harapan mereka bisa meminjamkan dana-dana tersebut kepada dunia usahan dan konsumen sebagai gantinya.

Bank sentral juga menurunkan suku bunga pinjaman ke rekor rendah 0,15 persen dari 0,25 persen dan mengatakan ratusan miliar euro akan tersedia dalam pinjaman murah keapada bank-bank selama mereka meminjamkan lebih banyak ke sektor swasta.

Namun demikian, kenaikan tersebut dibatasi oleh menguatnya mata uang AS, yang membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal, dan harapan bahwa krisis Rusia-Ukraina berkurang.

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali ke tengah panggung internasional pada Kamis, setelah diberikan pertemuan pertamanya dengan para pemimpin Barat sejak krisis Ukraina meletus.

Pertemuan itu terjadi saat ia mengatakan ia siap untuk menemui Presiden Ukraina Petro Poroshenko yang baru terpilih, meningkatkan harapan berkurangnya pertikaian Timur-Barat terburuk sejak Perang Dingin.

Investor khawatir meningkatnya konflik di negara bekas Soviet, saluran untuk seperempat impor gas Eropa dari Rusia, akan mengganggu pasokan dan mengirim harga energi melonjak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement