EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia berkomitmen penuh mengenai produksi dan ekspor sawit. Keduanya harus dalam keadaan sustainable dan tersertifikasi (certified sustainable palm oil/CSPO). "Kontribusi sawit terhadap perdagangan Indonesia menyumbang devisa besar," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan RI Bachrul Chairi, Sabtu (14/6). Industri sawit di Indonesia sangat strategis.
Bachrul mengatakan, hampir 20 juta tenaga kerja langsung atau tidak berkecimpung dalam industri sawit. Sehingga memberikan pendapatan devisa sebesar 19,1 miliar dolar AS pada tahun lalu. Hal ini juga penting dalam memerangi kemiskinan di dalam negeri. Tidak hanya bagi Indonesia, sawit menjadi sumber nabati yang penting bagi seluruh dunia. Saat ini menjadi yang terproduktif untuk dunia.
Saat ini industri sawit mampu menghasilkan lima sampai enam ton sawit per tahun dalam tiap hektare. Bahkan bisa mencapai 10 kali lipatnya. Industri sawit hanya membutuhkan sedikitnya satu persen lahan dari 1,5 miliar hektare lahan pertanian dalam menyuplai 31 persen kebutuhan nabati dunia.
Pada awal Juni lalu, Kementerian Perdagangan RI bersama tiga petani sawit asal Riau melakukan kunjungan diplomasi ke Berlin, Jerman. Kunjungan diplomasi terkait dengan penerapan sustainability. German Forum for Sustainable Palm Oil (FONAP) mengapresiasi Indonesia.
Jerman berharap melalui jaringan FONAP dapat mendukung konvergensi antara ISPO dan RSPO. Selain itu juga berkonvergensi dengan lembaga sertifikasi lain, seperti International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan Rainforest Alliance and Rountable of Sustainable Biomaterials (RSB). Jerman memiliki Asosiasi Industri Pengolahan Bahan Baku Minyak dan Perbelanjaan Galeri Kaufhof di Alexanderplatz, Berlin.
Galeri Kaufhof merupakan salah satu rumah belanja terbesar di bawah jaringan Metro Group. Saat ini memiliki 137 cabang di daerah premium di seluruh dunia. Beberapa produk Indonesia sudah masuk dan didistribusikan melalu jaringannya. Diantaranya produk makanan olahan.