EKBIS.CO, JAKARTA -- Bencana banjir diikuti gagal panen membuat produksi beras terganggu. Pemerintah membuka peluang impor beras jika dipandang perlu.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan produksi beras dinaikkan lima persen setiap tahun. Cadangan beras nasional bisa dipakai jika target penambahan ini tidak tercapai.
"Ketika produksi kurang dari lima persen gabah, ada dua tindakan yang bisa digunakan, yaitu memakai cadangan beras dari Bulog atau menambal dengan impor," katanya akhir pekan ini.
Banjir yang terjadi di kuartal pertama menyebabkan gagal panen padi di sentra produsen beras. Di jalur Pantai Utara (Pantura) misalnya, sebanyak 160 ribu hektare (ha) tanaman padi dilaporkan teredam. Luas lahan yang terendam bisa menghasilkan sekitar 350 ribu ton beras.
Namun pemerintah masih menunggu angka ramalan (aram) produksi pertama yang akan keluar di bulan Juli. Dari ramalan tersebut baru diputuskan apakah perlu atau tidak mengimpor beras.
Direktur Utama Perum Bulog, Soetarto Alimoeso mengatakan impor boleh dilakukan bila perlu. Bulog telah mendapat restu pemerintah untuk melakukan impor beras. Meskipun demikian, masih terlalu awal memastikan angka produksi tipis.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan Bulog telah mengajukan diri untuk impor beras. Tapi impor baru bisa dilakukan jika izin resmi sudah keluar.
Impor beras dikatakan untuk memenuhi kebutuhan bulan Juni, Juli dan Agustus. Pemerintah juga perlu mengantisipasi kekurangan beras karena El Nino di bulan Oktober, November dan Desember.
Produksi beras saat ini mencapai 76,57 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar 71,29 juta ton GKG.