Rabu 17 Jul 2024 09:23 WIB

Angka Kemiskinan Turun 0,54 Persen, Bapanas: Berkat Bantuan Pangan

Kontribusi beras terhadap garis kemiskinan mencapai 21,84 persen di wilayah perkotaan

Red: Lida Puspaningtyas
Warga antre mendapatkan bantuan beras saat penyaluran bantuan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) tahap lima tahun 2024 di Kemloko, Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (5/6/2024). Pemerintah melalui Bapanas dan Bulog melanjutkan program bantuan pangan CPP berupa beras 10 kilogram per bulan sampai Juni 2024 yang disalurkan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Warga antre mendapatkan bantuan beras saat penyaluran bantuan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) tahap lima tahun 2024 di Kemloko, Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (5/6/2024). Pemerintah melalui Bapanas dan Bulog melanjutkan program bantuan pangan CPP berupa beras 10 kilogram per bulan sampai Juni 2024 yang disalurkan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat di seluruh Indonesia.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa program bantuan pangan beras 10 kilogram (kg) yang diberikan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia, telah berkontribusi dalam menurunkan angka kemiskinan.

"BPS (Badan Pusat Statistik) Juli 2024 mencatat, bersama program bantuan sosial lainnya, program banpang (bantuan pangan) ini berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di mana persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 9,03 persen, menurun 0,33 persen poin terhadap Maret 2023, dan menurun 0,54 persen poin terhadap September 2022," kata Arief di Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Baca Juga

Menurut Arief, bantuan pangan beras menjadi salah satu program pemerintah untuk bantalan ekonomi masyarakat yang berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan. Dia mengatakan hal itu menunjukkan bahwa pangan menempati posisi yang sangat krusial mengingat pemenuhannya tidak bisa ditunda maupun disubstitusi dengan barang lainnya.

"Pangan ini kebutuhan mendasar bagi setiap individu, termasuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang aksesibilitasnya terhadap pangan relatif sulit," ujarnya.

Menurut Arief, bantuan pangan beras menjadi salah satu bentuk kehadiran pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berpendapatan rendah dan mengendalikan inflasi di tengah tantangan ketahanan pangan yang kompleks.

Dia menuturkan pentingnya aspek pangan bagi pengentasan kemiskinan terlihat dari data BPS yang menunjukkan bahwa kontribusi beras terhadap garis kemiskinan mencapai 21,84 persen di wilayah perkotaan. Sedangkan, di wilayah perdesaan, kontribusinya mencapai 25,93 persen.

Arief berharap dengan disalurkan bantuan pangan beras, angka kemiskinan dapat terus menurun dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan secara baik.

Oleh karena itu, lanjutnya, sebagai komoditas pangan yang mayoritas dikonsumsi masyarakat Indonesia, sebagian stok beras pemerintah yang berada di Bulog dimanfaatkan untuk penyaluran bantuan pangan beras bagi 22 juta KPM yang ada di seluruh provinsi.

"Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, penyaluran banpang beras diperpanjang pada Agustus, Oktober, dan Desember 2024. Perpanjangan ini dilakukan setelah melihat ketersediaan dan ketercukupan alokasi APBN," jelasnya.

Arief menambahkan selain penyaluran bantuan pangan, pemerintah juga menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk meningkatkan aksesibilitas pangan yang murah dan terjangkau oleh masyarakat secara umum.

Dia menambahkan operasi pasar dan gerakan pangan murah (GPM) yang diselenggarakan baik di pusat, seluruh provinsi maupun kabupaten/kota terus digencarkan, sehingga masyarakat mendapat bahan pangan yang terjangkau.

"Bersama seluruh stakeholder terkait, tentunya ini menjadi upaya bersama untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan khususnya beras," kata Arief.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement