EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang. Komoditas makanan memberikan sumbangan yang cukup besar bagi jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin mengalami pertumbuhan sebesar 0,39 persen bila dibandingkan dengan Maret 2013. "Tapi kalau dibandingkan dengan September 2013, jumlahnya berkurang 0,32 juta orang," ujar Suryamin dalam pemaparan indeks harga konsumen (IHK), Selasa (1/7).
Total penduduk miskin pada Maret 2014 merupakan 11,25 persen dari total penduduk Indonesia. Wilayah yang jumlah penduduk miskinnya tertinggi berada di Jawa, yaitu sebanyak 15,511 juta jiwa. Wilayah yang paling sedikit jumlah penduduk miskinnya adalah Kalimantan, yaitu sebesar 984 ribu jiwa. Secara persentase, jumlah penduduk miskin terbesar berada di Maluku dan Papua, yaitu 23,15 persen dari total penduduk miskin di Indonesia.
Selama periode Maret 2013 sampai Maret 2014, garis kemiskinan mengalami kenaikan sebesar 11,45 persen, yaitu dari Rp 271.626 per kapita per bulan menjadi Rp 302.735 per kapita per bulan. Garis kemiskinan dipakai sebagai batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan tercatat lebih besar dibandingkan nonmakanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan, yaitu sebesar 73,54 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan September 2013, yaitu sebesar 73,43 persen.
BPS mencatat, komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan diantaranya beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam, mi instan, gula pasir, tempe dan tahu. Komoditas bukan makanan yang berpengaruh pada garis kemiskinan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan bensin.