EKBIS.CO, KENDARI -- PT Aneka Tambang (PT Antam) Tbk Unit Bisnis Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara mengalami keuntungan karena harga nikel dunia selama Juli 2014 meningkat hingga 8 dolar AS per ton.
"Meningkatnya harga nikel dunia, mendorong PT Antam mengalami keuntungan yang cukup signifikan," kata General Manajer PT Antam Tbk, Dadang Pratamo di Kendari, Ahad (13/7).
Dadang berharap harga nikel dunia tersebut terus membaik sehingga PT Antam unit Binis Pomalaa bisa terus mengalami keuntungan. Menurut dia, membaiknya harga nikel dunia saat ini dipicu oleh berkurangnya pasokan bahan baku industri nikel di negara-negara industri nikel seperti Cina, Korea dan Hongkong.
Berkurangnya bahan baku nikel tersebut menyusul kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang perusahaan tambang mengekspor nikel dalam bentuk bahan mentah. "Bahan baku industri nikel di sejumlah negara, sebagian besar dipasok dari Indonesia, termasuk dari Sultra," kata Dadang.
Ketika pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan larangan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah, bahan baku industri nikel di negara-negara pengimpor nikel kesulitan bahan baku. Dadang mengakui, kebijakan larangan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah oleh pemerintah Indonesia, sangat menguntungkan PT Antam Pomalaa, Sultra.
Lantaran PT Antam, satu-satunya perusahaan tambang nikel di Sultra yang memiliki industri pengolahan nikel. "Karena PT Antam memiliki industri pengolahan nikel, maka setelah penerapan larangan kespor nikel dalam bentuk bahan mentah, PT Antam terus beroperasi melakukan ekspor nikel," kata Dadang.
PT Antam Pomala menargetkan produksi nikel sebesar 18 ribu ton nikel pada tahun ini. Namun, target ini direvisi kembali menjadi 16.500 ton, menyusul kebijakan pemerintah yang melarang ekspor mineral dan batu bara dalam bentuk bahan mentah.
"Dari target produksi tersebut, saat ini sudah tercapai sekitar 7.000 ton nikel. Kami optimis, target 16.500 ton nikel tahun ini bisa dicapai," kata Dadang.