Kamis 17 Jul 2014 12:00 WIB

Cina dan Brasil Pegang Peran Sentral di BRICS

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Julkifli Marbun
Presiden Brasil, Dilma Rousseff .
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil, Dilma Rousseff .

EKBIS.CO, BRASILIA -- Lima negara berkembang besar yang tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) baru saja membentuk bank pembangunan bersama bernilai 100 miliar dolar AS. Di antara anggota BRICS, hubungan paling penting yang memegang peranan sentral adalah Cina (Cina) dan Brasil.

Ekonom dari Insper Business School di São Paulo, Roberto Dumas Damas mengatakan Cina dan Brasil adalah dua kelompok ekonomi terbesar. Hal ini ditunjukkan dengan kunjungan luas Presiden Cina Xi Jinping ke Brasil. Pada puncak BRICS, dia akan menghadiri pertemuan para pemimpin BRICS di Brasil dengan pimpinan-pimpinan negara Amerika Latin pada Rabu dilanjutkan Kamis waktu setempat.

"Tidak diragukan lagi, sudut pandang utama dari kelompok ini adalah Cina," ujar Damas, dilansir dari Financial Times, Kamis (17/7).

Hubungan komersial Cina dan Brasil akan menghubungkan mereka dengan Amerika Latin pada umumnya. Ini adalah simbiosis mutualisme. Brasil adalah negara berkembang penyedia bijih besi dan mineral lainnya, kacang kedelai, dan hasil pertanian lain, serta sumber barang-barang manufaktur Cina yang merupakan tujuan investasi Beijing.

"Cina membutuhkan sumber daya alam dan Brasil membutuhkan mereka (sebagai pasar)," ujar Damas.

Brasil juga menawarkan Beijing perluasan pasar di Amerika Latin melalui pengaruhnya. Presiden Xi juga akan mengunjungi Venezuela dan Argentina tahun ini sebagai sumber energi mereka. Dikedua negara ini dia akan mencari kredit segar hingga empat miliar dolar AS.

Argentina merupakan pusat investasi tambang minyak lepas pantai oleh perusahaan Cina, CNOOC. Perusahaan ini memiliki 50 persen saham kepemilikan di sana.

Bagi India, Cina berperan besar sebagai sekutu untuk menekan Barat dalam pembicaraan perdagangan dan forum multilateral.

Cina juga mitra komersial yang penting bagi India. Rusia dan Afrika Selatan, sebagaimana halnya Brasil, juga menjual sumber daya alamnya ke Cina. Rusia juga melihat Cina sebagai penyangga tekanan Barat, terutama dalam peranannya dalam konflik Ukraina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement