EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati memprediksi inflasi Juli 2014 berada pada level 0,7 persen hingga 0,8 persen (month to month).
"Inflasi Juli pasti lebih tinggi dari Juni 2014, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan musim Lebaran tahun-tahun sebelumnya yang biasanya berada pada angka lebih dari satu persen," kata Enny Sri Hartati saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Enny mengatakan, angka inflasi tersebut lebih dipengaruhi oleh tarif transportasi yang naik karena musim mudik Lebaran, pemenuhan kebutuhan sandang terkait dimulainya tahun ajaran baru dan permintaan makanan jadi yang lebih besar.
Sementara itu, lanjut Enny, harga bahan pangan pokok di pasar dinilai relatif stabil bahkan lebih rendah dibanding musim Lebaran tahun-tahun sebelumnya.
"Ini karena Lebaran 2014 bertepatan dengan musim panen. Jadi, harga cabai, harga bawang itu kenaikkannya tidak terlalu besar," kata Enny.
Namun, Enny mengaku prihatin dengan imbal hasil yang didapat oleh para petani, karena nilainya dianggap sangat rendah.
Menurutnya, dibutuhkan sistem tata niaga yang lebih baik agar petani bisa menikmati imbal hasil yang laik dan konsumen bisa membeli bahan pangan pokok dengan harga memadai.
Sementara itu, Enny menambahkan, terjadinya penurunan daya beli masyarakat sejak 2013 juga disinyalir menyumbang angka inflasi hingga Juli 2014.
"Upah Minimum Regional (UMR) memang naik, tapi ada tekanan dari kenaikan tarif dasar listrik, sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat yang turun," kata Enny.
Pada Juni 2014, inflasi berada pada level 0,43 persen. Pada 2013, ketika Lebaran jatuh pada Agustus, level inflasi tercatat mencapai 1,12 persen.