EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (7/8) pagi bergerak melemah sebesar 25 poin ke posisi Rp 11.725 dibandingkan sebelumnya Rp 11.700 per dolar AS.
"Dolar AS mempertahankan posisinya atau menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara pihak Barat terkait masalah Ukraina," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Kamis (7/8).
Kondisi itu, lanjut dia, mendorong tingkat permintaan aset safe haven salah satunya mata uang dolar AS untuk menjaga nilai portofolio agar tidak tergerus. Ia mengatakan bahwa permintaan dolar AS juga terus meningkat akibat indikasi pelambatan aktivitas ekonomi negara-negara di kawasan Eropa setelah beberapa data manufaktur barada di bawah estimasi.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen eksternal masih akan terus membayangi mata uang domestik, terutama dari Amerika Serikat menyusul ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Fed) yang akan dipercepat. "Data-data ekonomi AS cenderung mengalami perbaikan, kondisi itu semakin membuka peluang untuk the Fed menaikan suku bunga lebih cepat," katanya.
Menurut dia, secara bertahap mata uang dolar AS memiliki potensi besar untuk bergerak menguat. Diharapkan, fundamental ekonomi Indonesia dapat tetap stabil sehingga dapat menahan depresiasi mata uang rupiah lebih dalam.