EKBIS.CO, JAKARTA -- Daya saing Indonesia naik empat peringkat menjadi 34 dari 144 negara dengan nilai rata-rata melampaui negara berkembang di kawasan Asia meskipun masih di bawah Singapura, Thailand dan Malaysia, demikian laporan Forum Ekonomi Dunia, Rabu (3/9).
Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia dinilai lebih unggul dalam hal besaran pasar (yang merupakan terbesar ke-15 seluruh dunia), infrastruktur, ekonomi makro, dan juga inovasi. Meskipun demikian jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia hampir kalah dalam segala hal kecuali lingkungan makro ekonomi dan besaran pasar. Dalam hal etika bisnis dan korupsi, Indonesia hanya berada di urutan 60 atau jauh berada di bawah negeri jiran yang menempati peringkat 20 terbaik dunia.
Dalam laporan bertajuk Global Competitiveness Report itu, korupsi memang menjadi halangan utama bagi pengusaha yang ingin memulai usaha di Indonesia. Halangan terbesar yang kedua adalah akses terhadap permodalan. Indonesia juga dinilai buruk dalam hal keamanan, terutama biaya yang ditimbulkan oleh terorisme serta tindakan kriminal terorganisir. Selain itu, kecepatan untuk memulai usaha juga hanya menempati urutan 129 atau jauh di bawah Malaysia yang menempati urutan 21.
Dalam hal kebijakan pertanian, Malaysia merupakan negara terbaik kedua di dunia karena dinilai mampu menyeimbangkan kepentingan antara petani (produsen) dengan konsumen. Sementara Indonesia di sisi lain menempati urutan ke-36.
Meskipun masih kalah dibanding Malaysia, peningkatan peringkat dari Indonesia merupakan prestasi di tangah kesulitan negara-negara berkembang besar lain seperti Arab Saudi (24), Turki (45), Afrika Selatan (56), Brasil (57), Meksiko (71) yang justru mengalami penurunan.
"Sebagian dari negara berkembang besar masih terus menghadapi kesulitan dalam memperbaiki tingkat daya saing," demikian Forum Ekonomi Dunia menyatakan dalam siaran persnya.
Lima terbesar negara berdaya saing terbaik ditempati oleh Swiss, Singapura, Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman.
Secara keseluruhan Forum Ekonomi Dunia menilai bahwa masa depan ekonomi dunia masih beresiko karena negara-negara kesulitan mengimplementasikan reformasi struktural yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi.
"Laporan kami mengidentifikasi adanya ketimpangan implementasi reformasi struktural di setiap kawasan sebagai tantangan terberat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan. Laporan ini juga menekankan perlunyapemimpin sektor publik dan swasta untuk bekerja sama lebih lanjut dalam bidang inovasi," tulis Forum Ekonomi Dunia.
Ketimpangan tersebut terlihat di Asia di mana seluruh negara Asia Tenggara mengalami kenaikan peringkat sementara hal sebalinya terjadi di kawasan Asia Selatan. Gambaran kontras juga nampak di Timur Tengah dan Afrika Utara akibat instabilitas geopolitik.