EKBIS.CO, BEIJING -– Indonesia meminta Republika Rakyat Tingkok (RRT) menerima kembali tiga produk pertanian yang terhambat masuk ke negeri panda ini. Ketiga produk tersebut adalah buah manggis, bungkil kelapa sawit, dan sarang burung walet.
Permintaan itu disampaikan langsung Menteri Pertanian RI Suswono saat bertemu dengan Menteri Pertanian RRT, Han Chang Fu di Beijing, Kamis (18/9) petang. Pertemuan bilateral antara mentan RI-RRC tersebut dilakukan sebelum pertemuan tingkat menteri APEC mengenai keamanan pangan, yang akan dibuka Jumat (19/9) esok.
Mentan dalam siaran persnya yang diterima ROL, mengemukakan, sejak 2013 manggis Indonesia tidak bisa lagi masuk ke RRT dengan alasan ditemukan adanya hama dan logam. Tim dari AQSIQ (karantina RRT) sudah datang ke Indonesia untuk melakukan inspeksi pada 10-16 Agustus 2014 lalu.
Demikian juga halnya dengan bungkil kelapa sawit (palm kernel expeller/PKE) untuk pakan ternak juga ekspornya dihentikan sejak 2013 oleh pihak RRT dengan alasan setiap perusahaan eksportir PKE harus terdaftar di AQSIQ. AQSIQ memberi waktu hingga Juni 2014 untuk pendaftaran eksportir PKE tersebut. Setelah dokumen dipenuhi pihak tim inspeksi akan dikirim untuk meneliti kebenaran dokumen tersebut dengan kondisi di lapangan. April 2014 lalu dokumen dimaksud sudah diberikan kepada AQSIQ.
Demikian juga kaitannya dengan sarang burung walet. Presiden SBY dan Presiden RRT saat itu Wu Jin Tao sudah sepakat untuk menerima produk sarang burung walet Indonesia. Namun hingga kini ekspor ke RRT belum dapat direalisasi karena adanya persayaratan dari AQSIQ dan China National, Certification, and Acreditation Administration (CNCA).
Badan Karantina sudah memberikan tanggapan terhadap rekomendasi yang disampai AQSIQ maupun CNCA Agustus 2014 lalu, namun belum ada tanggapan balik dari kedua lembaga tersebut. “Kami meminta agar Pak Menteri mendorong dan membantu agar proses di AQSIQ dapat berjalan lancar sehingga ketiga produk pertanian Indonesia tersebut dapat masuk kembali ke RRT,” kata Mentan Suswono dalam dialog dengan Mentan RRT.
Mentan RRT menyatakan akan berkomunikasi dengan lembaga terkait untuk mempercepat proses. Dia mengemukakan, pada intinya konsumen dan pasar RRT terbuka untuk produk pertanian dari Indonesia, asal memenuhi persyaratan sanitary dan phytosanitary yang diterapkan RRT.
Selain mengenai ketiga produk tersebut kedua Mentan juga membicarakan peningkatan kerjasama pertanian antarkedua negara secara lebih luas. Keduanya sepakat saling bertukar pengalaman dalam bidang teknologi pertanian, dan pertukaran ahli pertanian kedua negara.
Kemudian dibahas jua terkait dengan investasi dalam bidang pertanian di kedua negara. Investor RRT siap melakukan investasi di Indonesia, namun sebaliknya invstor Indonesia pun dipersilakan untuk berinvestasi dalam bidang pertanian di RRT.