EKBIS.CO, PANGKALPINANG -- Kepala Badan Pengelolaan Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Bangka Belitung Zainal Arifin mengatakan Indonesia berpeluag memenuhi permintaan lada dunia yang saat ini cukup tinggi dan diperkirakan terus meningkat.
"Meningkatnya permintaan dan harga lada merupakan momen yang sangat penting bagi kita untuk terus menggiatkan produksi lada kembali, sehingga bisa memenuhi pangsa pasar," kata Zainal Arifin di Pangkalpinang, Jumat (19/9).
Ia mengatakan bahwa produksi lada, baik di Indonesia maupun Thailand tidak bisa memenuhi pangsa pasar dunia. Menurutnya, saat ini pengusaha lada mengalami kesulitan mendapatkan komoditas itu. Karena kebutuhan masyarakat terhadap lada tinggi, maka harga lada saat ini juga terus meningkat bahkan mencapai Rp 145 ribu per kg, ujarnya.
"Bayangkan, jika dengan harga lada saat ini mencapai Rp 145 ribu per kg, dengan produksi 32 ribu ton, berapa triliun yang akan kita dapatkan. Untuk itu pengembangan lada di Babel ke depannya bisa dipastikan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat," ungkapnya.
Ia menyebutkan pemerintah daerah jangan hanya bisa menyebutkan kalau produksi lada di Babel mencapai puluhan ribu ton, tetapi harusduduk bersama mengambil langkah-langkah dalam menghadapi pascaproduksi timah ke depan dengan menggiatkan perkebunan lada kembali.
"Ekspor lada dulunya bisa mencapai 30 ribu ton, namun sekarang tidaklebih dari 5.000 ton dan itu tidak semua eksporter kebagian mendapatkan hasil dari produksi lada tersebut," ujarnya.
Ia menyebutkan selain kebutuhan dunia, kebutuhan lokal terhadap lada juga cukup besar. Bahkan PT Indofood pernah meminta kepada pihaknya untuk menjamin apakah produksi lada Babel masih bisa mencukupi atau tidak terhadap kebutuhan mereka.
"Mereka meminta kami agar bisa menjamin kebutuhan mereka supaya tidak mempengaruhi produksinya. PT Indofood merupakan pengguna lada terbesar yang ada di indonesia. Yang dibutuhkan Indofood pada lada Babel adalah rasa yang tidak dimiliki oleh daerah lain," jelasnya.
Dikatakannya untuk sementara kebutuhan lokal saat ini masih bisa terpenuhi, namun untuk ekspor masih jauh dari kebutuhan. Dulu kebutuhan dunia 86 persen dipenuhi oleh Bangka Belitung yang mencapai sekitar 40 ribu ton. Namun saat ini hanya sekitar 5.000 ton dan tidak sampai dengan 10 persen dari kebutuhan dunia saat ini.