EKBIS.CO, JAKARTA -- Tantangan yang akan muncul dari normalisasi kebijakan the Federal Reserve membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di angka 7,5 persen. BI rate di level tersebut juga diyakini dapat mengarahkan inflasi menuju sasaran 3,5-5,5 persen pada 2014 dan 3-5 persen pada 2015.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa (7/10) memutuskan untuk menahan BI rate pada 7,5 persen, Lending Facility pada 7,5 peren dan Deposit Facility pada 5,75 persen. "BI mewaspadai sejumlah risiko domestik dan eksternal, seperti dampak rambatan normalisasi kebijakan the Fed dan administered prices pemerintah," ujar Tirta dalam konferensi pers usai RDG BI rate, Selasa (7/10).
Normalisasi kebijakan the Fed yang berarti akan meningkatnya suku bunga AS atau Fed Funds Rate diperkirakan terjadi pada triwulan II-2015. Percepatan normalisasi diindikasikan dari pertumbuhan ekonomi AS yang terus meningkat didukung pertumbuhan manufaktur, penjualan eceran dan tenaga kerja. "Kenaikan Fed Funds Rate lebih tinggi dari perkiraan semula," ujarnya.
Rencana kenaikan suku bunga AS juga menguatkan dolar AS dan memberikan tekanan pada negara-negara emerging market. BI mencatat pelemahan rupiah sebesar 1,57 persen month to month menjadi Rp 11.898 per dolar AS. Secara point to point, rupiah terdepresiasi 4 persen, ditutup pada Rp 12.185 per dolar AS. "Sejalan dengan mata uang asing di kawasan," ujarnya.
Selain dari normalisasi kebijakan the Fed, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh faktor domestik. Faktor itu adalah perilaku investor yang menunggu pembentukan Pemerintah baru dan kebijakan penyesuaian BBM bersubsidi.