EKBIS.CO, JAKARTA-Pengamat ekonomi Lana Soelistianingsih berpendapat melemahnya nilai tukar rupiah tidak serta merta mengurangi laju komponen bahan baku impor. Ia menuturkan para pengusaha yang menggunakan komponen impor dalam industrinya telah memprediksi melemahnya nilai rupiah sejak jauh-jauh har
Lebih lanjut Lana mengatakan sebelumnya para pengusaha telah melakukan antisipasi dengan menghitung biaya produksi dengan patokan Rp 13 ribu per dolar AS. Sehingga nilai tukar rupiah yang saat ini ada di kisaran Rp 12 ribu tidak berdampak besar terhadap laju impor komponen industri. "Untuk produksi tiga bulan ke depan bahkan kalangan industri sudah menggunakan patokan harga Rp 14 ribu per dolar AS," katanya saat dihubungi Republika pada Kamis (9/10).
Laju komponen impor tidak akan berkurang karena produksi harus terus berjalan. Akan tetapi pengusaha kemudian membebankan melemahnya nilai rupiah kepada konsumen dengan menaikkan harga. Penyesuaian harga itu, lanjut Lana, tergantung dari jenis barang. Untuk barang-barang yang tidak memiliki substitusi para pengusaha dapat dengan cepat menaikkan harga.
Tetapi untuk barang yang memiliki substitusi, penyesuaian harga akan diterapkan secara perlahan. Penyesuaian harga dapat berlangsung dalam waktu 1-2 tahun. Meski demikian ia menilai kenaikan harga tersebut tidak berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Adanya kenaikan tingkat upah menjadi salah satu faktor yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. "Upah PNS tiap tahun naik, begitu juga dengan upah buruh dan swasta sehingga daya beli masyarakat tetap kuat," pungkas dia.