EKBIS.CO, SURABAYA -- Bank sentral dan otoritas moneter negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) berkumpul di Surabaya untuk membahas beberapa isu penting. Antara lain, kesiapan menghadapi goncangan finansial.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh 26 bank sentral negara OKI. Termasuk dari Indonesia yang diwakili oleh Bank Indonesia (BI). Acara tersebut merupakan rangkaian dari acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014 yang digelar dari 3-9 November.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, isu besar yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah pendalaman pasar dan penguatan makroprudensial. "Selain konvensional juga membicarakan syariah," ujar Peter dalam media briefing di Surabaya, Kamis (6/11).
Negara Islam menyadari, praktik sistem keuangan di negara tersebut masih kurang. Sehingga pendalaman pasar keuangan dan persiapan makroprudensial untuk menghadapi goncangan keuangan sangat dibutuhkan.
Hal lain yang juga dibahas dalam pertemuan tersebut adalah pengembangan zakat dan wakaf. Di Indonesia terdapat potensi zakat dan wakaf sebesar Rp 270 triliun. Tetapi yang terkumpul hanya sekitar 1 persennya. "Ini area yang mau kita dukung," ujarnya.
Pertemuan bank sentral dan otoritas moneter negara OKI dimulai pada 2009. Ini merupakan pertemuan ke-enam dan pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia. Tahun depan rencananya akan diadakan di Suriname.
OKI beranggotakan 57 negara. Namun, beberapa negara di Afrika membentuk satu bank sentral yang dinamakan West Afrika Monetary Union (WAMU). Sehingga bank sentral negara OKI sebanyak 51. Dari jumlah itu, hanya 26 bank sentral yang mengikuti pertemuan tahun ini.
Bank sentral tersebut berasal dari Aljazair, Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamerun, Mesir, Iran, Irak, Yordania, Kazakhstan, Libya, Malaysia, Maladewa, Mauritania, Maroko, Mozambik, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Saudi Arabia, Sierra Leone, Somalia, Suriname, Turki, UAE, Uzbekistan, Yaman, WAMU, dan observer dari Thailand.