EKBIS.CO, BANDUNG -- Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III 2014 mencapai 5,0 persen. Angka tersebut lebih rendah daripada triwulan II sebesar 5,1 persen dan pada triwulan I sebesar 5,2 persen.
Perlambatan ekonomi nasional diindikasikan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sumatra dan DKI Jakarta.
"Kalau terjadi penurunan, lebih karena adanya tekanan permintaan dunia dan tekanan komoditas yang berpengaruh di Sumatra," kata Direktur BI, Agus Martowardjojo, dalam konferensi pers di gedung BI Bandung, Selasa (11/11).
Pertumbuhan ekonomi di Sumatra terus mengalami penurunan, pada triwulan III sebesar 4,5 persen, lebih rendah dibanding triwulan II yang mencapai 4,9 persen, dan triwulan I sebesar 5,4 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta cenderung stagnan pada triwulan III mencapai 6,0 persen, sama persis dengan capaian triwulan I. Sedangkan pada triwulan II sempat naik mencapai 6,1 persen.
Meski demikian, terdapat tanda-tanda pemulihan ekonomi nasional yang tampak di Jawa (kecuali DKI Jakarta) yang mulai stabil dan pertumbuhan KTI yang terus membaik.
Di Jawa, pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan nasional. Pada triwulan III mencapai 5,6 persen, sama persis dengan triwulan II, dan lebih rendah dari triwulan I yang mencapai 5,7 persen.
Sedangkan di kawasan timur Indonesia (KTI), perekonomian terus merangkak naik, mencapai 5,1 persen pada triwulan III, dimana pada triwulan II mencapai 4,9 persen dan triwulan I pada angka 4,7 persen.
"Di Jawa, pertumbuhannya 5,6 persen, jauh di atas ekonomi nasional. Yang membuat baik karena ekspor manufaktur, permintaan kuat dari Amerika yang konsisten menunjukkan perbaikan," imbuhnya.
Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi di Jakarta paling utama disebabkan sektor konstruksi dan investasi pembangunan. Sementara, turunnya perekonomian di Sumatra disebabkan turunnya harga komoditas batubara, karet, minyak kelapa mentah (CPO), dan migas.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi di KTI disebabkan membaiknya kinerja tambang seiring keluarnya izin ekspor tambang. Sementara di Jawa kecuali DKI Jakarta, ditopang oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan akibat mundurnya masa panen di triwulan II dan masih kuatnua manufaktur.
"Perlu diperhatikan, harga bumbu-bumbu dan cabe sudah mulai meningkat sehingga harus ditangani supaya inflasi terjaga," ujarnya.