EKBIS.CO, JAKARTA -- Bisnis pembiayaan diperkirakan mengalami dampak pertumbuhan jumlah kredit bermasalah (non performing loan atau NPL) menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 2000.
Director Chief Finance Officer Adira, I Dewa Made Susila, memprediksi kenaikan harga BBM berdampak pada pertumbuhan NPL menjadi 1,7 persen. "NPL kita selalu di bawah 2 persen, tahun ini NPL kita 1,6 persen. Diperkirakan sedikit naik, sekitar 1,7 persen," kata Made kepada Republika, di Jakarta, Selasa (18/11).
Saat ini, Adira memiliki jumlah nasabah sekitar 3,7 juta orang. Sehingga kenaikan harga BBM dinilai akan berpengaruh terhadap bisnis pembiayaan Adira.
Made memperkirakan pertumbuhan bisnisnya akan sedikit mengalami pelambatan. Pada 2015 diperkirakan total pembiayaan baru dalam rupiah tumbuh sekitar 5 persen.
"Itu kan angka relatif kecil di Indonesia, tahun ini tumbuh 3 persen dari tahun lalu. Memang kita merasa situasi 2014 masih berlanjut pada 2015," imbuhnya.
Menurutnya, penurunan tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain penjualan melambat, adanya penurunan margin karena kenaikan biaya dana lebih tinggi daripada kenaikan bunga kredit dicharge ke nasabah, pendapatan dari asuransi yang turun, kenaikan biaya operasional karena adanya penyesuaian upah dan kenaikan promosi2 internal, serta kenaikan biaya kredit.
Namun, dampak kenaikan harga BBM terjadinya penyesuaian oleh nasabah diperkirakan sekitar 3-6 bulan. Selain itu, daya beli masyarakat akan mempengaruhi bisnis pembiayaan. Meskipun, dia menilai produk pembiayaannya yakni sepeda motor masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat Indonesia. Di samping itu, bisnisnya juga sangat tergantung pada tingkat suku bunga (BI rate).
"Kalau BI rate naik, suku bunga di pasar naik, kalau sumber dana dari Adira naik juga, kami harus menaikkan leading rate lagi, kalau leading rate naik beban nasabah makin naik. Tapi assesment awal mungkin BI rate tidak naik signifikan," jelasnya.