EKBIS.CO, JAKARTA - PT Adaro Energy, Tbk berhasil membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar tiga persen sepanjang kuartal III-2014. Dalam sembilan bulan selama 2014, pendapatan usaha
perusahaan pertambangan batu bara ini tercatat sebesar 2.507 juta dolar AS. Sebelumnya di periode yang sama tahun lalu pendapatan Adaro sebesar 2.435 juta dolar AS.
Kenaikan pendapatan usaha ini didorong oleh kenaikan volume penjualan sebesar delapan persen menjadi 41,9 Mt bersamaan dengan penurunan rata-rata harga jual (ASP) sebesar lima persen. Biaya produksi turun delapan persen dari 35,38 dolar AS per ton di 2013 menjadi 32,65 dolar per ton di tahun ini.
Beban pokok pendapatan naik satu persen menjadi 1.921 juta dolar AS. Sementara EBITDA naik sebesar 11 persen menjadi 701 juta dolar AS di mana perseroan optimistis akan mampu meraih EBITDA 750 juta hingga satu triliun dolar AS di akhir tahun.
Meski kenaikan volume penjualan lebih tinggi dan biaya-biaya lebih rendah sepanjang kuartal III-2014, namun hal itu tidak serta merta mengerek laba bersih Adaro. Laba bersih justru turun 29 persen secara year on year (yoy) dari 315 juta dolar AS menjadi 225 juta dolar AS.
Corporate Secretary Adaro, Cameron Tough menjelaskan pada 2013 lalu perseroan melakukan akuisisi Balangan. Belanja modal yang dikeluarkan untuk melakukan akuisisi relatif lebih rendah ketimbang perkiraan dan upaya ini merupakan salah satu langkah strategis Adaro. Selanjutnya, Adaro melakukan valuasi atas akuisisi.
"Sembilan bulan yang lalu perhitungan bisnis kombinasi belum selesai dan baru selesai si akhir tahun. Sehingga, harus ada restatement yang arahnya lebih kepada akuisisi Balangan, ada beberapa distorsi-distorsi yang mengalami penyesuaian sehingga jika dilakukan penghitungan dengan pendekatan laba inti (core earning), laba bersih Adaro justru meningkat tahun ini,"jelas Cameron.
Oleh karena itu berdasarkan pendekatan core earning laba bersih Adaro meningkat 36 persen secara yoy. Dari 214 juta dolar AS di kuartal III-2013 menjadi 291 juta dolar AS di kuartal III tahun ini.
Cameron menyatakan keyakinannya meski sektor batu bara global mengalami kelesuan harga akibat oversupply,perseroan akan mampu mencapai target produksi sebesar 54-56 juta ton. Menurutnya pasar Asia Pasifik masih banyak membutuhkan baru bara terutama oleh PLTU-PLTU. "Di Asia Tenggara juga akan banyak dibangun power plant jadi kami yakin target perusahaan dapat tercapai di akhir tahun," pungkasnya.