EKBIS.CO, JAKARTA -- Sektor UMKM bakal sulit ekspansi jika perbankan menaikkan suku bunga sebagai dampak kenaikan suku bunga acuan (BI rate) pekan lalu.
Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Bidang UMKM Erwin Aksa mengatakan kenaikan BI rate dari 7,5 menjadi 7,75 cukup signifikan berdampak pada sektor UMKM. Pasalnya, jika kenaikan BI rate dibarengi dengan kenaikan bunga kredit, biaya pengusaha akan tinggi karena terhalang oleh bunga yang tinggi.
"Dalam kondisi begini (kenaikan BBM) kok malah BI rate naik, padahal kita ingin mengejar pertumbuhan. Kalau BI rate naik otomatis bunga kredit akan naik, otomatis pengusaha terkendala karena bunganya masih mahal," kata Erwin, saat dihubungi, baru-baru ini.
Sebagai kompensasinya, menurut Erwin pemerintah perlu segera memperbaiki inftarstruktur agar produktivitas di sektor UMKM bisa bertambah. Hambatan berupa bunga yang tinggi perlu diimbangi dengan efisiensi dari segi infrastruktur. Jika infrastruktur semakin baik, maka sektor UMKM diharapkan juga semakin efisien.
Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan kenaikan BI rate bisa memberatkan sektor ril, namun hanya sementara waktu saja.
Menurutnya, kenaikan BI rate sudah tepat sebagai respons ancaman inflasi yang sduah ada di depan mata karena kenaikan BBM. Menurutnya, tanpa menaikkan BI rate, likuiditas perbankan bisa menjadi masalah.
Dia mengatakan dengan naiknya suku bunga, masyarakat memiliki insentif untuk menyimpan uangnya di bank. Selain itu, kenaikan BI rate ini diharapkan tetap menjaga kepercayaan investor tetap memasukkan dana ke Indonesia. BI rate akan turun ketika inflasi sudah bisa teratasi.
Sementara itu, perbankan masih menunggu dan mengkaji untuk melakukan penaikan suku bunga sebagai respons meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). VP Corporate Communications BMRI, Ramon Armando mengatakan pihaknya belum ada rencana meningkatkan suku bunga kredit dalam waktu dekat ini.
Ramon mengatakan kenaikan BI rate akan berdampak pada biaya dana simpanan berjangka. Namun, untuk biaya dana tabungan dan giro relatif kecil. Dia mengatakan Bank Mandiri sedang mengkaji secara lebih cermat dampak dari kenaikan harga BBM, inflasi dan BI rate agar dapat menetapkan kebijakan suku bunga dana dan kredit secara tepat.
Dia mengatakan Mandiri melakukan stress testing dan menyusun langkah strategis untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, dari kondisi makro atau pasar yang dapat mengganggu perkembangan industri perbankan nasional. "Dalam jangka pendek belum ada rencana kenaikan suku bunga,"
ujar Ramon, akhir pekan lalu.
Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII) Taswin Zakaria mengatakan pihaknya juga masihakan mempertahankan suku bunga yang telah berjalan saat ini. Ia masih ingin menunggu konsolidadai dan mereview suku bunga yang ada. Menurutnya, pengaruh BI rate hanyalah salah satu pertimbangan untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga.
"Kita lihat saja dulu perkembangannya bagaimana. sekarang kita coba pertahankan saja dulu, seperti yang berjalan sekarang ini," katanya.