EKBIS.CO, JAKARTA - Jamu masih dianggap sebagai produk kuno. Bahkan, jamu yang merupakan warisan budaya Indonesia juga belum begitu diakui dan dicintai di negara sendiri.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia Charles Saerang menceritakan betapa sulitnya mengembangkan serta memasarkan produk jamu Indonesia. Ia mengaku pernah ditolak mentah-mentah saat menawarkan produk minuman jamu jahe kepada maskapai penerbangan milik negara, Garuda Indonesia.
Saat itu, ucap Charles, dirinya menawarkan kepada pejabat maskapai tersebut agar produk minuman jahe dimasukkan sebagai minuman complimentary kepada penumpang. Namun, permintaannya langsung ditolak karena dianggap minuman jahe tidak cocok untuk orang asing.
"Orang asing kalau minum jahe bisa sakit perutnya nanti. Tidak bisa sepertinya. Begitu alasan dia," cerita Charles seusai menghadiri acara peringatan 6 Tahun Jamu Brand Indonesia di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (27/11).
Charles merasa sangat ironis dengan adanya penolakan tersebut. Dia mengaku tidak habis pikir mengapa maskapai penerbangan milik negara itu tidak mau mempromosikan ataupun membantu mengembangkan produk jamu Indonesia.
"Sakit hati gak sih. Produk Indonesia sendiri dilecehkan seperti itu. Memangnya perusahaan tersebut milik asing. Tapi seperti inilah kondisinya sekarang. Produk jamu masih butuh pengakuan," ujar Charles.
Dia berharap pemerintah saat ini mau lebih perduli terhadap produk jamu Indonesia. Setidaknya, pemerintah harus mau mengajak masyarakat untuk ramai-ramai meminum jamu.
"Misalnya dengan melakukan imbauan untuk ramai-ramai minum jamu setiap hari Jumat. Sama saja misalnya seperti gerakan memakai batik pada hari Jumat," Charles berharap.