EKBIS.CO, JAKARTA - Perikanan tuna Indonesia akhirnya mendapatkan sertifikasi "Fairtrade" pertama di dunia untuk kategori komoditi perikanan. Sertifikasi ini berawal dari pilot program yang didukung oleh fairtrade AS.
Dimana untuk menjawab apakah standar yang dikeluarkan oleh AS bisa meningkatkan pendapatan nelayan yang mempraktikkan pengelolaan dan praktik perikanan yang bertanggung jawab. "Ini satu strategi bagaimana meningkatkan kelestarian dan mengentaskan kemiskinan melalui perdagangan yang adil. Jadi satu sisi mendorong keberlanjutan tapi juga dia bisa mengurangi kemiskinan melalui perdagangan yang adil," jelas Saut P. Hutagalung selaku Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, Rabu (26/11).
Saut menjelaskan, sertifikasi ini akan mengenalkan kepada dunia atas upaya yang dilakukan oleh perikanan skala kecil Indonesia dalam memenuhi persyaratan standar sosial dan lingkungan. Program sertifikasi ini melibatkan 120 nelayan tuna dengan alat tangkap pancing ulur yang berlokasi di Provinsi Maluku dengan komoditas ikan yang didaftarkan ialah ikan tuna sirip kuning.
"Produksi kita tuna 280 ribu ton, cakalang 430 ribu ton, lalu ada tongkol yang besar 420 ribu ton, totalnya 1,150 ton. Kalau tidak dimaksimalkan ini akan buang buang," lanjut Saut.
Saut menambahkan, selama ini hanya sekiatr 30 persen tuna hasil tangkapan saja yang bisa sampai di pasar dengan kondisi dan kualitas baik. "Kita harus berupaya agar nelayan kita bisa menangkap, mutu tiba di pasar, kalau produksi besar tidak ada gunanya, kalau mutunya baik itu ada gunanya, itu akan menentukan harga," ujar Saut.
Program sertifikasi ini akan dilakukan selama enam tahun ke depan, di mana pada tahun ketiga auditor independen akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan keberlangsungan program. Pada tahun pertma ditargetkan sebanyak 60 ton produk perikanan tuna Indonesia akan masuk apsar AS dan tidak menutup kemungkinan akan dipasarkan ke negara-negara lain di Eropa.