EKBIS.CO, JAKARTA -- Potensi minyak dan gas bumi Banyu Urip, Blok Cepu, diperkirakan dapat mencapai hingga 30 tahun mendatang. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla usai mengunjungi Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur.
"Saya lupa, tadi ada bukunya. Tapi dipastikan cukup untuk 30 tahun," kata JK saat dalam perjalanan menuju Surabaya usai meninjau Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (5/12).
Lapangan Banyu Urip tercatat telah mencapai produksi harian 40 ribu barel minyak per hari. JK pun mengaku optimis sumur minyak Blok Cepu dapat memproduksi hingga mencapai puncak produksi 165 ribu barel minyak per hari pada Maret 2015 nanti.
"Cepu kan kita mulai tahun 2005 pembicaraannya kemudian COD nya tahun 2006 dengan pertimbangan bahwa apabila tidak ada ladang baru sulit. Kalau sekarang itu 40 ribu bph, tahun depan 165 ribu, kita kembali mendekati 1 juta bph. Jadi lebih sehat kita. Harus optimis," jelasnya.
Ia menyebut proyek migas Banyu Urip ini merupakan ladang minyak terbesar di Indonesia. JK menjelaskan produksi minyak ini sangatlah lama lantaran untuk mencari serta membangun fasilitas infrastrukturnya dibutuhkan waktu hingga delapan tahun
Kontrak kerjasama Blok Cepu ini ditandatangani pada 17 September 2005 dengan EMCL sebagai operator. EMCL, anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation, memegang 45 persen saham partisipasi. Investasinya di Proyek Banyu Urip ini tercatat mencapai lebih dari 2,525 miliar dolar Amerika.
Menurut JK, investasi Exxon ini akan semakin bertambah selama masih ada potensi dan ladang minyak baru. "Iya sekarang kan sudah investasi 2,5 miliar dolar. Saya kira selama ada minyak pasti ditambah. Saya dengar banyak cadangan minyak yang baru," kata JK.
JK juga menyatakan jumlah produksi minyak Indonesia akan meningkat mendekati satu juta barel per hari. Saat ini, produksi minyak sekitar 800 ribu barel per hari. Namun, kebutuhan minyak Indonesia saat ini mencapai 1.6 juta barel per hari.
Lebih lanjut, ia mengatakan produksi minyak tambahan dapat berasal dari wilayah timur Indonesia seperti di ladang minyak selat Makassar serta di Papua. Namun, hal ini baru dapat dicapai pada dua hingga tiga tahun mendatang.
"Ada sebenarnya kalau ladang di selat Makassar dan Papua itu bisa. Tapi bukan tahun depan pasti. 2-3 tahun yang akan datang. Tadi disampaikan ada daftar yang ada cadangan baru," tambahnya.