EKBIS.CO, JAKARTA - Harga rumah diperkirakan akan naik 5-10 persen tahun depan. Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo mengatakan untuk rumah komersial kategori menengah ke atas yang biasa dijual seharga Rp 200 juta hingga Rp 1 miliar akan naik sekitar 10 persen.
Kenaikan ini tak bisa dihindarkan sebagai dampak dari inflasi. Kenaikan harga bahan baku karena kenaikan BBM dengan sendirinya mengerek harga material.
Alhasil, kenaikan 10 persen tidak bisa dihindarkan lagi. Hal ini hampir merata di semua daerah. Eddy merinci, untuk rumah komersil (non subsidi) kategori menengah ke bawah akan naik sekitar 10 persen lantaran komponen biaya untuk pembangunan fisik bangunan lebih besar.
Sementara, harga rumah menengah ke atas diperkirakan hanya akan naik 5 persen saja lantaran lebih dipengaruhi faktor harga tanah. Untuk rumah subsidi kenaikan harga hanya sekitar 5 persen karena memang sudah ditetapkan batas atas oleh pemerintah.
Eddy memperkirakan penjualan rumah komersil tidak begitu terpengaruh oleh kenaikan harga ini. Namun, bagi rumah-rumah subsidi, kata dia akan cukup terasa lantaran masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan akses untuk pembelian rumah.
"Untuk menengah nggak masalah tapi untuk rumah subsidi memang terpengaruh karena terbatasnya kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah," ujar Eddy, saat dihubungi, Kamis (11/12).
Ekonom Bank Permata Joshua Pardede memperkirakan kredit kepemilikan rumah (KPR) akan terpengaruh oleh kenaikan harga ini. Dengan harga residensial yang naik, sementara daya beli masyarakat yang menurun.
Apalagi, tahun depan ada asumsi kenaikan LPG dan TDL yang bisa jadi semakin menurunkan daya beli masyarakat. Sementara, debitur KPR umumnya masyarakat menengah ke bawah. Namun, ia optimistis selama permintaan dari masyarakat masih ada, KPR masih bisa tumbuh meskipun stagnan.