EKBIS.CO, LIMA -- Cerita konservasi alam liar Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) di Lampung Barat memukau delegasi yang memenuhi ruangan Paviliun Indonesia di Conference of Parties (COP) 20 di Lima, Peru. Cerita itu adalah mengenai tentang upaya penyelamatan Harimau Sumatera (Panthera Tigris) yang nyaris punah yang dilakukan TWNC.
"Pusat rehabilitasi Harimau Sumatera di TWNC bertujuan untuk menyiapkan harimauuntuk dilepas kembali ke habitatnya. Keberhasilan TWNC dalam rehabilitasi harimaumendapat apresiasi dari lembaga internasional,” kata staf konservasi di TWNC, Maria Edna, pada acara tersebut.
Acara COP 20 di kota Lima, Peru, berlangsung sejak 1 Desember dan akan berakhir 12 Desember 2014. Setiap hari tak kurang dari tiga sampai empat sesi diskusi digelar di Paviliun Indonesia, dengan tema terkait dengan pertemuan puncak Perubahan Iklim.
Pihak swasta Indonesia mendapatkan kesempatan presentasi kegiatan korporasi maupun yayasan yangterkait dengan konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan.
Artha Graha Peduli yang didirikan oleh pengusaha nasional Tomy Winata mempresentasikan upaya penyelamatan Harimau Sumatera yang dilakukan Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC). Menurut Maria Edna, kegiatan konservasi Harimau Sumatera dilakukan ataskesadaran untuk melestarikan rantai kehidupan di kawasan TWNC.
Saat ini diperkirakan ada 300-400 ekor Harimau di Pulau Sumatera. Di area TWNC, tahun 2012-2013 diidentifikasi ada24 ekor Harimau Sumatera. Keberhasilan TWNC dalam merehabilitasi Harimau Sumatera mendapatkan apresiasi dari sejumlah lembaga internasional termasuk Panthera, organisasi internasional yang pedulikonservasi Harimau.
Alan Rabinowitz, ahli harimau yang melakukan penelitian selama dua pekan di area TWNC akhirnya mengakui bahwa penyelamatan Harimau yang dilakukan yayasan yangdidirikan pengusaha Tomy Winata itu berhasil menambah populasi Harimau secara alami. Kisah penelitian Alan sudah didomentasikan dalam film documenter berjudul “Tiger Island”yang ditayangkan oleh BBC.
Maria Edna mengatakan kegiatan konservasi Harimau Sumatera dan sejumlah satwa yang rawan punah ini dilakukan sejak 1996. Saat ini, TWNC tengah merehabilitasi sembilan ekor harimau. Mereka berasal dari sejumlah lokasi di kepulauan Sumatera, termasuk dari Jambi, Bengkulu dan Aceh.
Dalam sesi yang sama, peran swasta dalam pembangunan berkelanjutan juga mengundang PT Pasifik Agro Sentosa, perusahaan perkebunan sawit yang berlokasi di Kalimantan Barat.“Banyak yang mengatakan, apa yang kami lakukan adalah sebuah pengorbanan. Bagi kami, ini menunjukkan komitmen untuk mengimplementasikan kegiatan yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan.” kata Kent Dixon, wakil dari PT Pasifik Agro Sentosa, saat memulai presentasinya di depan sejumlah delegasi COP 20.