EKBIS.CO, TOKYO-- Rupiah merosot ke level terendah sejak krisis keuangan Asia pada Agustus 1998 sebagai konseskuensi peningkatan pembelian dolar oleh perusahaan swasta sebelum akhir tahun. Rupiah turun 1,9 persen menjadi Rp 12.698 per dolar pada penutupan di Jakarta, Senin (15/12).
Menurut data yang dihimpun Bloomberg, posisi rupiah pada penuruan terendah sejak 1 Agustus. Di pasar luar negeri, satu bulan ke depan diprediksi turun 1,4 persen menjadi Rp 12.919 per dolar. Investor luar negeri telah menarik Rp 10,09 triliun atau 795 juta dolar AS dari obligasi pemerintah hingga 11 Desember.
Data Kementerian keuangan menunjukkan kenaikan suku bunga The Fed meredam permintaan untuk aset emerging market. Transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit selama 12 kuartal terakhir, sehingga membuat rentan akibat kekhawatiran prospek ekonomi global. Kedaulatan negara selama 10 tahun terakhir melonjak sejak Januari.
"Permintaan dolar dari perusahaan lokal pada akhir tahun serta arus penjualan obligasi tempaknya membebani mata uang. Pasar mulai khawatir tentang kemungkinan intervensi," kata Kepala Trader di Asia dan emerging di Mizuho Bank Tokyo, Shigehisa Shiroki, seperti dilansir Bloomberg, Senin.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, mengatakan nilai tukar rupiah melemah pada kombinasi menguatnya dolar secara global dan meningkatnya permintaan dolar di pasar domestik. Dalam satu bulan, volatilitas tersirat dalam rupiah, ekspektasi digunakan untuk opsi harga, naik 3,62 poin menjadi 12,56 persen. Saat ini mencapai 12,68 persen yang merupakan titik tertinggi sejak 9 Juli.