EKBIS.CO, JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengklaim bahwa nilai rupiah yang terus melemah tidak berdampak terhadap iklim investasi di Indonesia. Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan bahwa, pertimbangan suatu perusahaan untuk berinvestasi bukan hanya terkait kurs mata uang saja, namun juga dilihat konstruksinya secara jangka panjang.
“Investasi pada umumnya mendatangkan barang modal dari luar, jadi pasti relatif tidak ada masalah,” ujar Franky di Kantor BKPM, Selasa (16/12).
Franky menambahkan, investasi tidak terkait dengan utang swasta karena keduanya merupakan hal yang berbeda. Menurutnya, utang swasta merupakan salah satu pendorong untuk kebutuhan dolar AS, misalnya saja untuk pembayaran utang. Ketergantungan impor bahan baku di Indonesia cenderung masih tinggi, oleh karena itu BKPM mendorong investasi kepada enam sektor strategis untuk menekan impor. Enam sektor tersebut antara lain, listrik, pertanian, maritim, industri padat karya, industri subtitusi impor, dan industri berorientasi ekspor.
“Dari enam hal tersebut diharapkan dapat meredam kebutuhan impor dan kita juga sedang mengkaji agar perusahaan lebih didorong untuk ekspor,” kata Franky.
Untuk mendorong ekspor, BKPM akan melakukan pendekatan kepada setiap perusahaan yang berorientasi ekspor. Menurut Franky, BKPM perlu mengetahui rencana dan kebutuhan para perusahaan tersebut dalam rangka meningkatkan ekspor. Dengan demikian, BKPM akan lebih mudah melakukan kajian dan proses perizinan bagi perusahaan yang memiliki orientasi ekspor.